Mohon tunggu...
Adinda Ramadhani
Adinda Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Author 📚 || Selflove || Hobby 🌻

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Militer dalam Penumpasan Gerakan DI/TII di Indonesia Tahun 1948-1962

3 Juni 2024   12:35 Diperbarui: 3 Juni 2024   13:06 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan DI/TII di Sulawesi telah menimbulkan dampak yang signifikan secara sosial, ekonomi, dan keagamaan bagi masyarakat di berbagai wilayah, termasuk Sulawesi. Secara sosial, masyarakat merasa terganggu dan kebingungan dengan kehadiran besar-besaran tentara dan gerakan keamanan, yang mendorong sebagian besar dari mereka untuk mengungsi demi keselamatan mereka. Ketakutan akan tindakan kelompok bersenjata atau tentara membuat masyarakat terjepit dalam situasi sulit, terutama dalam menghadapi tuntutan kontribusi yang diajukan oleh kelompok bersenjata.

Di wilayah Brebes, dampak ekonominya sangat terasa dengan kekurangan pangan karena aksi penjarahan makanan yang dilakukan oleh pasukan DI/TII, bersama dengan tindakan kekerasan lainnya seperti pembunuhan dan penculikan. Petani dan penduduk setempat dikenakan pajak keamanan dan diperas secara paksa untuk membiayai aktivitas gerombolan. Situasi ini mengakibatkan terputusnya akses antara desa dan kota, memicu krisis pangan dan memaksa masyarakat untuk mencari alternatif bahan makanan.

Dari segi keagamaan, gerakan DI/TII membawa dampak negatif dalam pemanfaatan teknologi yang bisa disalahgunakan untuk menimbulkan ketegangan antar umat beragama. Konflik di Jawa Barat menimbulkan perpecahan di tingkat domestik dan internasional, terutama ketika media sosial digunakan untuk merendahkan agama lain. Di Sidrap, kelompok Tolotang menghadapi tekanan besar untuk mematuhi syariat Islam yang dijadikan landasan gerakan DI/TII, dengan ancaman kekerasan bagi mereka yang menolak.

Dalam bidang pendidikan, mayoritas penduduk di Sidrap belum menguasai huruf Latin, mencerminkan kurangnya literasi di kalangan anggota gerombolan. Ini menghasilkan dukungan berdasarkan emosi semata, bukan pertimbangan rasional.

Dengan demikian, gerakan DI/TII tidak hanya meninggalkan jejak konflik dan kekerasan, tetapi juga membawa dampak yang kompleks dan multifaset bagi masyarakat di wilayah yang terkena dampaknya.

Respon Pemerintah & Peran Militer dalam Penumpasan Gerakan DI/TII

Gerakan DI/TII pada masa lalu menimbulkan dampak negatif yang signifikan dan menantang stabilitas negara. Pemerintah Indonesia pada saat itu dihadapkan pada tugas berat untuk mengatasi ancaman ini, dan berbagai strategi dan tindakan dilakukan untuk meresponsnya.

Pemerintah mencoba berbagai metode, mulai dari jalur diplomasi hingga tindakan tegas militer, untuk menghentikan pemberontakan DI/TII. Upaya diplomasi dan perundingan dilakukan terlebih dahulu, dengan mengajak para pemimpin gerakan untuk mencari solusi damai. Namun, upaya ini sering kali mengalami kegagalan karena ketidakmampuan para pemberontak untuk menerima tawaran amnesti dan berdamai.

Setelah upaya diplomasi tidak berhasil, pemerintah terpaksa melaksanakan operasi militer. Operasi-operasi seperti Operasi Merdeka di Jawa Barat, Operasi Bharatayudha di Sulawesi Selatan, dan Operasi Trisula di Aceh dilakukan untuk menghancurkan pasukan DI/TII dan menangkap para pemimpinnya. Pendekatan militer ini mencakup berbagai strategi, termasuk operasi pengintaian udara, pengejaran, penangkapan, dan pembentukan pos penjagaan untuk meningkatkan keamanan di daerah yang terpengaruh.

Peran militer tidak hanya terbatas pada tindakan langsung, tetapi juga melibatkan upaya untuk menjalin kerjasama dengan masyarakat sipil, pemerintah daerah, dan tokoh agama. Militer membantu dalam membentuk milisi dan pasukan pertahanan desa, mengkoordinasikan upaya penyelesaian konflik secara damai, dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terdampak.

Selain itu, militer juga berperan dalam menciptakan strategi untuk menumpas gerakan DI/TII, termasuk perang gerilya, operasi teritorial, dan operasi intelijen. Mereka juga menggunakan propaganda dan kampanye anti-DI/TII untuk mendapatkan dukungan masyarakat serta membantu pemerintah dalam proses perundingan atau diplomasi.

Secara keseluruhan, respon pemerintah terhadap gerakan pemberontakan DI/TII melibatkan berbagai strategi dan tindakan, dengan peran penting dari kekuatan militer Indonesia dalam menjaga stabilitas negara dan mengatasi ancaman tersebut.

Kondisi Indonesia Setelah Penumpasan DI/TII

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun