Natal, dengan segala kemeriahannya, adalah momen yang selalu dinantikan oleh banyak umat kristiani di seluruh dunia. Pohon Natal yang dihiasi dengan pernak-pernik indah, salju buatan, dan tentu saja, gambar Sinterklas, menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini. Namun, pernahkah kita bertanya, apakah sebenarnya makna Natal itu bagi umat Kristiani? Apakah hanya tentang Sinterklas, pohon Natal, dan hadiah-hadiah berkilauan?
Beberapa waktu lalu, seorang teman yang bukan penganut agama Kristen bertanya kepada saya, "Apakah Natal itu tentang Sinterklas?" Saya pun menjawab dengan lugas, "Bukan, Natal adalah tentang kelahiran Yesus sang Mesias."Â
Meskipun Sinterklas dan pernak-perniknya telah menjadi simbol identitas perayaan Natal di banyak negara, penting bagi kita sebagai umat Kristiani untuk tidak terjebak dalam gambaran yang mengaburkan inti sejati dari perayaan ini.
Tentu, kita tidak bisa menutup mata bahwa penyebaran agama Kristen, terutama di Eropa, telah banyak membawa simbol-simbol seperti Sinterklas ke dalam tradisi Natal yang kita kenal sekarang. Sinterklas, yang berasal dari legenda Saint Nicholas, adalah tokoh yang dihormati dalam budaya Eropa. Seiring berjalannya waktu, ia pun menjadi figur ikonik yang dikaitkan dengan pemberian hadiah di malam Natal.
Namun, kita harus ingat bahwa meskipun Sinterklas adalah bagian dari perayaan, ia tidak mewakili esensi Natal itu sendiri. Seharusnya, kita kembali merenungkan bahwa Natal bukan tentang hadiah yang diberikan oleh seorang "Santa", melainkan tentang hadiah terbesar yang diberikan Allah Bapa kepada umat manusia: kelahiran  anakNya Yesus Kristus.
Saya pribadi tidak anti terhadap Sinterklas. Namun, saya merasa penting bagi kita sebagai umat Kristiani untuk memaknai Natal dalam konteks yang lebih mendalam. Kita harus menjaga agar generasi muda Kristiani tidak kehilangan arah dan makna sejati dari perayaan ini.
Hari Natal adalah tentang kelahiran Yesus, bukan tentang Santa Klaus, pohon Natal, atau kaos kaki ajaib yang menjadi simbol pemberian hadiah. Ini adalah waktu untuk mengingat bahwa Tuhan telah mengutus anak-Nya untuk membawa keselamatan bagi umat manusia.Â
Yesus Kristus adalah alasan mengapa kita merayakan Natal, bukan karena hadiah atau dekorasi yang memanjakan mata.
Fenomena yang kini terjadi, di mana perayaan Natal lebih banyak dihiasi dengan gambar Sinterklas, rusa pengangkut kereta Santa, atau bahkan AI yang lebih banyak mengenal Santa Klaus ketimbang kelahiran Yesus, adalah hal yang cukup menggelitik hati. Saya mencoba menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat kartu ucapan Natal, dan hasilnya yang keluar adalah gambar Sinterklas, bukan Yesus. Ini mungkin tampak sepele, tapi dalam jangka panjang, fenomena semacam ini bisa memengaruhi cara kita dan generasi mendatang memandang Natal.
Apalagi, jika generasi gereja tidak dibekali dengan dasar-dasar iman Kristiani yang kokoh, kita khawatir mereka akan lebih fokus pada simbol-simbol budaya daripada pada makna Natal yang sejati. Tidak jarang kita mendengar bahwa banyak orang yang merayakan Natal tanpa benar-benar mengerti siapa Yesus atau mengapa Dia dilahirkan ke dunia ini.
Mari Kembali pada Makna Natal yang Sesungguhnya.
Sebagai umat Kristiani, mari kita bersama-sama kembali ke akar makna Natal. Kita bisa merayakan Natal dengan sukacita, tentu saja, tetapi kita juga harus menjaga agar makna sejatinya tidak hilang. Natal adalah tentang kelahiran Yesus, sang Juruselamat yang datang untuk membawa harapan dan keselamatan bagi umat manusia.
Mari kita ajarkan kepada anak-anak kita dan generasi mendatang tentang makna Natal yang sesungguhnya. Jangan biarkan simbol-simbol budaya dan konsumerisme mengalihkan perhatian kita dari inti Natal. Pada akhirnya, perayaan Natal yang paling sejati adalah ketika kita merayakannya dengan hati yang penuh syukur atas anugerah Tuhan yang terbesar, yaitu kelahiran Yesus Kristus.
Karena Natal adalah tentang Immanuel---Allah yang menyertai kita, bukan tentang hadiah atau dekorasi. Mari kita rayakan Natal dengan memfokuskan hati kita pada Dia yang memberikan hidup, terang, dan keselamatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H