Kebijakan NASAKOM yang dirancang untuk menciptakan harmoni malah membuka pintu bagi perpecahan yang menghancurkan. Tragedi itu meruntuhkan Sukarno, mengakhiri hidup politiknya dengan tragis, dan menenggelamkan namanya selama hampir empat dekade di bawah bayang-bayang Orde Baru.
Namun, sejarah memiliki caranya sendiri untuk memperbaiki ingatan. Meskipun Sukarno jatuh, namanya tak pernah benar-benar hilang dari hati rakyat. Justru, semakin terkubur oleh propaganda Orde Baru, semakin kuat simpati rakyat terhadapnya. Sukarno tetap diingat sebagai pahlawan besar, ikon revolusi yang selalu dikenang. Dosa-dosanya, jika pun ada, akhirnya dimaafkan oleh sejarah, sementara kenangan akan kebesarannya terus hidup.
Sukarno pernah berpesan kepada kita semua: "Jangan sekali-sekali melupakan sejarah."Â
Pesan itu menjadi pedoman bagi bangsa ini, terutama ketika kita harus menembus kabut-kabut waktu yang berusaha menutupi kebenaran.Â
Kesadaran akan sejarah adalah kompas bagi masa depan. Peristiwa 30 September adalah bagian dari perjalanan panjang bangsa ini, dan meskipun luka itu masih terasa, kita harus terus belajar dari masa lalu.
Sejarah tidak hanya tentang apa yang terjadi, tetapi juga tentang bagaimana kita memahaminya. Dan ketika bendera berkibar setengah tiang hari ini, biarlah itu menjadi pengingat bahwa bangsa ini pernah terluka, tetapi juga bahwa kita punya kekuatan untuk bangkit, untuk tidak melupakan, dan untuk terus mencari kebenaran yang hakiki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H