Tensi geopolitik dunia sedang tinggi, bayang-bayang perang dunia ketiga sudah di depan mata.
Amerika Serikat dan beberapa negara anggota NATO, seperti Jerman, telah mengizinkan Ukraina menggunakan Bantuan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang mereka kirimkan untuk menyerang wilayah Rusia.
Melihat temanya dikeroyok, memicu Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un untuk bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Pertemuan ini mungkin dilatarbelakangi oleh perasaan senasib karena keduanya diembargo oleh Amerika dan sekutunya, serta memiliki visi dan misi yang sama untuk menjaga agar tatanan dunia tidak diatur oleh sekelompok negara adidaya.
Dalam pertemuan tersebut, Kim Jong Un menyatakan dukungan penuh dan tanpa syarat terhadap semua tindakan yang diambil oleh pemerintah Rusia, dan berkomitmen untuk selalu bersama Rusia dalam menghadapi tekanan dari Amerika dan NATO.
Ini menandai babak baru dalam aliansi strategis antara Korea Utara dan Rusia, yang mungkin akan berdampak signifikan terhadap dinamika geopolitik global ke depannya.
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada hari Sabtu 13 April 2024, dunia digemparkan dengan serangan 300 proyektil Iran ke Wilaya Israel. Ketika terjadi seranga itu, sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, hingga Yordania ikut membantu Israel menggagalkan drone dan misil mencapai kawasan Zionis.
Keadaan ini menunjukkan bahwa Perang Dunia Ketiga bisa pecah kapan saja. Negara-negara super power sudah mulai mencari sekutu untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.
Saya membayangkan, apa yang terjadi jika rudal-rudal itu dikirim ke wilayah Indonesia. Â Apakah sistem pertahanan kita sudah siap menghalau serangan tersebut? Negara mana yang akan membantu kita dalam situasi genting seperti itu?
Sependek pengetahuan saya, Indonesia tidak memiliki sekutu yang siap membantu dalam kondisi perang. Bahkan di dalam ASEAN, tidak ada perjanjian yang mengharuskan anggotanya saling membantu jika terjadi serangan.
Masyarakat Indonesia harus berlindung dimana? kita tidak diajarkan atau dilatih untuk menghadapi sutuasi ini. Jangankan dilatih untuk berlindung saat perang, wilayah kita yang rawan bencana alam seperti gempa atau tsunami pun jarang mendapatkan sosialisasi yang memadai dari pihak terkait.