Mohon tunggu...
Bento
Bento Mohon Tunggu... Administrasi - cara cepat untuk bisa menulis ya menulis

penikmat bacaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tak Lekang oleh Waktu, Cinta Seorang Ayah

31 Desember 2023   20:08 Diperbarui: 31 Desember 2023   20:41 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak Lekang oleh Waktu, Cinta Seorang Ayah

Alkisah seorang Ayah memiliki banyak sekali  harta kekayaan. Kekayaannya tidak tertandingi di kampung. Suatu hari datang anak bungsu kepadanya. "Ayah, bolehkah aku mendapat warisanku?"tanya si bungsu. "Aku mau merantau, kuliah dan membangun usaha di Kota" lanjut si bungsu

Ayahnya pun memberikan warisan yang menjadi hak milik si bungsu. Ketika si bungsu pergi, disela-sela kesibukan bekerja ayah ini, selalu duduk di kursi depan rumah untuk menunggu dan berharap suatu hari si bungsu akan pulang kembali.

Setibanya di Kota, si bungsu terpengaruh dan terjebak dalam kehidupan pergaulan bebas. Dia  menghabiskan warisannya untuk berfoya-foya dengan  teman-temannya. Uang  persediannya habis, "Grrrrrr" perutnya berbunyi, dia lapar teman-temannya menjauh bahkan tidak membantunya. "Dari pada keleparan lebih baik saya mencari pekerjaan"ungkapnya. Dia bekerja sebgai penjaga babi di peternakkan pinggiran kota. "Tuan, dapat kah ku mengisi perutku dengan ampas makanan babi itu" tanyanya. "tidak boleh,itu jatah makan babi, nanti babinya kurus" jawab tuannya

Dalam keadaan lapar dia teringat rumahnya. di tempat bapaknya banyak pekerja di ladang tetapi mereka berkelimpahan makanan."Jika tetap disini maka saya akan mati kelaparan, baiklah aku akan ke rumah Bapaku dan memintanya pekerjakan aku sebagai orang upahan di ladannya"ucap si bungsu dalam hatinya.

Dia pung bangkit dan pergi ke rumah  ayahya di Desa. Ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumah, Ayahnya mencoba menengok dari celah-celah pagar, di lihatnya si bungsu turun dari bus. Dengan penuh belas kasihan Ayanhya menghampiri dan memeluk dan mencium si bungsu. "Ayah, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa, boleh kah aku bekerja diladangmu"kata si bungsu

Tetapi ayah itu menyuruh  hamba-hambanya: "Lekaslah bawa ke mari  pakain yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan sepatu pada kakinya" Ucapnya.

Ayahnya pun memerintah para pekerjanya  mengambil domba, kambing dan sapi di peternakannya untuk di makan "sebab anakku ini ia telah hilang dan didapat kembali" kata ayanhya. Maka mulailah acara syuran dengan penuh kebahagiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun