Mascherano berpeluang kembali menjadi pemain terbaik Argentina di final Copa America, seperti 11 tahun lalu tapi disempurnakan dengan gelar juara. Ini bisa perayaan besar bagi pemain yang menorehkan treble bersama Barcelona selama musim lalu.
Â
Di Tim Tango, Mascherano Layak Disejajarkan dengan Messi
Ketika Argentina berlaga, semua fokus hampir tertuju pada Lionel Messi. "Messi adalah Argentina, dan Argentina adalah Messi." Ini membuat pemain-pemain lain Albiceleste ada di bawah bayang-bayang La Pulga. Bagi saya, di skuat Tango saat ini, Mascherano pantas disejajarkan dengan Messi.
Ia memiliki caps terbanyak (116) bahkan dibanding dengan Messi (102). Prestasinya bersama timnas lebih mengkilap daripada Messi. Mascherano tercatat sebagai pesepakbola Argentina pertama, sejauh ini satu-satunya, yang meraih dua medali emas olimpiade (2004 dan 2008).
Bersama Messi, Mascherano menjadi sentral tarian Tango. Messi mempunyai skill yang menjanjikan banyak gol. Mascherano adalah petarung sejati, perusak irama permainan lawan, dan menjanjikan sangat sedikit kebobolan. Berposisi asli sebagai gelandang bertahan, Sang Ketua juga apik sebagai bek tengah.
Ia adalah tipe pemain pekerja keras dan lugas, tak ragu mengambil keputusan. Tipe ini sangat disukai legenda sepakbola Argentina, Diego Maradona. Messi dan Mascherano adalah "anak kesayangan" Maradona. Bedanya, di mata sang legenda, Mascherano nyaris tanpa cela. Maradona tak pernah mengkritik El Jefe.
Tak heran saat Maradona membesut Argentina, Mascherano menjadi kapten kesayangannya dan menempatkan Messi sebagai deputi. Bisa jadi, tanpa sengaja, Mascherano-lah yang 'mengusir' anak emas Argentina, Roman Riquelme, dari skuat Piala Dunia 2010.
Maradona menyebut Riquelme sebagai 'pemain malas' yang membuat Riquelme ogah kembali ke skuat Tango. Sang Legenda mungkin menjadikan Mascherano sebagai pembanding Riquelme meskipun keduanya menjalankan tugas yang berbeda, Mascherano menggalang pertahanan sedangkan Riquelme mengatur serangan.
Mungkin, keputusan ini menjadi penyesalan Maradona seumur hidup lantaran kegagalan Argentina di Piala Dunia 2010. Maradona memisahkan duet yang tampil menawan di Piala Dunia 2006 dan juara Olimpiade 2008.
Etos kerja Mascherano memang tak perlu diragukan. Kala semifinal Piala Dunia 2014, dia berkontribusi besar mengantarkan Argentina ke final dan menguburkan mimpi Belanda melawan Jerman di partai puncak. Aksi heroik El Jefe tentu saja saat menggagalkan peluang Arjen Robben meskipun berujung sobek dubur.