Mohon tunggu...
chikinazz_
chikinazz_ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

eternal pain

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Lembayung Angkara

17 April 2024   08:00 Diperbarui: 17 April 2024   08:02 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Laki-laki 18 tahun yang memiliki ribuan luka dalam hidupnya, Lembayung Angkara namanya. Dia sosok yang akan menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Hidupnya akan abadi dalam cerita tak bergambar ini.

Saat berusia 5 tahun, Bayu dan adiknya Najendra Argawinandar yang masih berumur 3 tahun mereka tengah bermain bola di halaman rumah. Kebetulan rumah mereka berada di pinggir jalan. Suatu ketika, saat Bayu sedang beristirahat karena terlalu lelah menemani adiknya, Jendra bermain. Tak sadar ia sampai berkelana di alam mimpi, meninggalkan Jendra yang melihatnya dengan kesal. Ya, efek terlalu lelah Bayu tak sadar jika ia tertidur beralaskan rumput di depan rumahnya.

Satu jam berlalu, Jendra pun merasa jenuh. Dengan keingin tahuannya yang besar, ia mengikuti seekor kucing yang baru saja ia lihat. "Cing," ucapnya sembari mengejar. Hingga tak sadar diarah yang berlawanan sebuah mobil berwarna putih kehilangan kendalinya. 

"Awas!" Banyak orang yang berteriak, mengingatkan si kecil Jendra untuk segera menyingkir dari tempatnya. Sayang seribu sayang, ia yang tak paham hanya bisa menampilkan senyuman indah. Berpikir jika mereka tengah bernyanyi untuknya.

'BRAK' Malangnya nasib Jendra, ia pun terpental saat badan mobil menghempaskan tubuh kecilnya. Darah berceceran kemana-mana, semua orang histeris. Banyak yang menyalahkan diri sendiri kenapa ia tak mampu untuk menyebrang, dan menyelamatkan bocah kecil itu.

"ADEK! YAALLAHH ADEKK!!" Teriakan menyakitkan menggema di bawa cakrawala. Naomi Cassandra, sang ibu pingsan ditempat saat melihat jasad sang anak yang sudah bersimbah darah. Tak lama kemudian, polisi pun sudah sampai di tempat kejadian. Mengurus sang korban dan juga pelaku. 

Bayu terbangun dari tidurnya saat mendengar riuh suara. Ia berlari mencari sang adik yang hilang dari jangkauannya. Melihat banyak orang yang berlalu lalang di rumahnya, ia berinisiatif untuk masuk mencari sang adik, yang mungkin sudah masuk ke dalam. Saat ia masuk, ia melihat sang Mamah yang sudah tergoletak lemah. "Ma-mamah kenapa?"

Semua arah mata kini tertuju padanya. "Mamah kamu pingsan dek." Seorang ibu muda berjalan mendekati Bayu, di tepuknya bahu sang bocah. Dengan pelan-pelan ia mengatakan kebenaran yang sesungguhnya.

Tangisan Bayu kini menggema di dalam ruangan. Meskipun masih terbilang belum dewasa, tapi ia tahu apa yang diucapkan oleh si ibu muda tadi. 

Naomi sudah siuman, ia masih menangis, meraung menyaksikan takdirnya yang sungguh berat.  Kini matanya tertuju pada sang anak pertama. Tak lama kemudian sebuah tamparan ia hadiahkan pada Bayu. "GARA-GARA KAMU, ANAK SAYA MATI!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun