Mohon tunggu...
Ferri Melson Tafzi
Ferri Melson Tafzi Mohon Tunggu... -

Menulis dan membaca adalah memperkaya khasanah hidup dan memberi nuansa buat kehidupan itu sendiri. Pengalaman adalah langkah nyata dalam menisik jalan kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapakah Yang Memainkan Biola Itu?

10 Desember 2009   15:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayup-sayup dikejauhan terdengar bunyi biola digesek. Saya yang tidak mengerti musik mencoba menikmati alunan musik yang sedang dimainkan. Dalam kesunyian ini, saya mencoba merenung. Disisa kebahagiaan di siang hari. Dibawah temaran lampu yang sinarnya mulai berkurang. Nun disana disebuah pulau yang indah sesorang sedang menikmati harinya, setelah gundah gulana bergolak memberikan bau.

Sinar biola yang digesek terus mengeluarkan bunyi, sayup-sayup dikejauhan. Ingin hati mendekat menikmati alunan itu. Apalah daya langkah kaki yang tertatih ini belum kuat untuk melangkah kesitu.

Dipojok sana sebuah bunga kamboja tumbuh subur. Daunnya hijau lebar menjuntai kebawah. Memayungi sebuah kata dalam kedamaian. Hari ini kita rasakan sinar mentari berwarna cerah membawa  harapan, seperti padi yang siap dipanen.

Bunyi biola itu masih terdengar, sayup-sayup mengikuti irama angin. Nada-nadanya dimainkan dengan rapi. Seperti mengikuti sebuah partitur yang sudah disiapkan. Permainan gesekannya seperti dimainkan oleh tangan trampil. Indah terasa, kadang-kadang iramanya bergejolak seperti ombak di samudera luas. Tidak terasa, nada-nada itu seperti membawa orang berada di awang-awang.

Nada-nada itu terus dimainkan, dalam hati aku merenung. Apakah nada tersebut sama dengan nada seruling pengembala muda, saking indahnya mampu mempesona para tikus untuk mengikutinya. Gesekan nada biola itu terkadang terdengar meleking seolah-olah ingin memancing petikan-petikan diujung gagang yang mempesona kepala untuk mengangguk-angguk. Seperti yang sering dilakukan oleh anak-anak muda diujung kota ini. Nada diujung gagang itu aku tahu itu menyebrutkan kedinamisan, kadang-kadang aku suka itu.

Biola itu masih digesek. Sekarang baru aku sadar, Irama itu seolah-olah aku kenal. Bisa jadi itu karya Beethoven atau Mozart. Tapi yang aku tidak tahu..., "siapakah yang memainkan biola itu?". Yang aku tahu, kepentingan pemusik adalah memainkan musiknya, selain itu tidak ada yang abadi.

(Untuk Presidenku)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun