Namun, jika kau tak setuju denganku, maka sia-siakanlah kesempatan ini dan janganlah kau datang di penghujung senja. In syaa Allah kuterima semua keputusanmu dengan lapang dada dan sesegera mungkin ku bertaubat kepada Allah dari mengingatmu dan memohon petunjuk kepada-Nya agar namamu sirna dari sanubari ini."Â
Setelah mengirim pesan kepada sang gadis idaman, mata Khairy pun terkatup secara perlahan. Dia terlihat sangat lelah akan penatnya dunia yang kini seakan mulai menghimpitnya. Pikiran yang berat telah membuatnya sangat letih. Tak memakan waktu lama, HP yang dia pegang dengan erat tadi terlepas dan terjatuh dari tangannya. Matanya telah tertutup sempurna.Â
Pukul 12.15 telah tiba. Sayup-sayup azan dzuhur terdengar sedikit demi sedikit di telinga pemuda tersebut. Namun, disayangkan sayup-sayup azan tersebut agak lama digubrisnya karena Khairy sedang nampak jauh menerawang ke alam mimpi. Di kalimat terakhir azan tersebutlah, ia terperanjak dari tidur nan nyenyaknya.Â
Segera Khairy mengambil air wudhu dan membuka pintu rumahnya untuk berangkat ke masjid yang bisa dibilang jauh dari rumahnya tersebut. Setiba di sana, Khairy sholat dengan jama'ah setempat, kemudian berzikir, dan setelah itu ia kembali ke rumahnya. Di tengah perjalanan Khairy hanya melaju dengan santainya karena nampaknya Khairy masih merasakan kantuk yang tengah diobatinya dengan tidur beberapa saat tadi namun nampanya belum mampu terpenuhi pula kebutuhan matanya tersebut.Â
Tak memakan waktu yang lama, Khairy tiba di depan rumahnya dan memarkirkan motor yang telah dikendarainya. Segera dia membuka pintu rumahnya dan tergesah-gesah dia berjalan ke ruangan kamarnya dan langsung membaringkan tubuhnya di atas sebuah kasur yang terbilang empuk tersebut.Â
"Bruuukk." Kasur itu pun berbunyi setelah rebahan yang kini membuatnya langsung terlelap tanpa memakan waktu yang lama. Tak terasa tidur pulas Khairy itu terbilang memakan waktu cukup lama. Waktu menunjukkan pukul 4.30 PM, Khairy terperanjak dari tidurnya itu dengan kagetnya
Hari ini tak seperti biasanya. Ia nampaknya sangat kewalahan dengan pikiran yang sealu menghantuinya di manapun dia berada. Ia tidak biasnya dia seperti ini. Ia seorang pemuda yang terbilang tumbuh dalam ketaatan kepada Rabbnya dan sudah pasti dia sealu mengunjungi rumah Allah untuk melaksankan shalat berjamaah. Namun, hari ini ia melalaikan hal tersebut sehingga ia pun dengan bersegera beranjak menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim yakni sholat asar.
Seusai shalat ashar, Khairy membuka rice cooker yang telah dicoloknya tadi pagi untuk mengisi kekosongan perutnya yang kini mulai menggerutu karena tidak di berikan haknya. Ia menyantap nasi dan lauk pauknya yang telah ia sediakan di hadapannya itu, kemudian menghabiskan makanannya dengan nikmat. Makanan itu pun terlihat tak tersisah di piring yang kini tengah ia pegang itu.Â
Selesai makan, pemuda itu membereskan bekas makanannya dan mencuci piring kotor yang telah ia pakai sebagai hamparan bagi nasi dan lauk pauk yang telah ia santap tadi. Beberapa menit kemudian Khairy bergegas ke kamar mandi untuk mandi sore karena sore inilah yang akan menjadi penentu dari kehidupannya dalam menggapai impiannya dengan sang gadis idaman yang bernama Mutiara itu.Â
Entah misteri yang tengah menghantuinya selama ini akan menjadi segelas minuman segar nan manis rasanya yang akan membasahi tenggorokan dan menghilangkan dahaga yang tengah ia rasakan, ataukah akan menjadi segelas minuman yang sangat pahit yang akan diteguknya dengan penuh kesengsaraan dan kesabaran. Beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dan bergegas ke kamarnya, kemudian mengambil pakaian untuk dikenakannya.
Jam kini menunjukkan pukul 5.15 PM. Khairy keluar dari rumahnya menuju ke tempat yang telah disebutkan di dalam pesan yang telah ia kirimkan kepada si gadis itu. Setelah menyalakan motor, ia melaju dengan laju standar sehingga tepat jam 5.30 PM Khairy tiba di pantai tersebut dan duduk bersandar di kursi yang didudukinya tadi pagi dengan niat memandang indahnya senja yang akan menjadi penentu misteri dua insan itu.Â