" Saudaraku! Kuhargai semua usahamu untuk membawaku menggapai cinta Ilahi melalui ikatan suci ini. Namun, sungguh aku sangat bingung dalam mengambil keputusan. Keputusan yang sangat berat. Keputusan yang sungguh membuatku seolah tertatih dalam melangkah. Keputusan, yang jika kupilih, menjadi misteri yang begitu besar buatku karena aku tak tahu akankah aku mampu untuk mengemban sebuah beban dan amanah sebagai seorang istri jika aku menikah dengannmu dengan umur yang begitu hijaunya. Ataukah keputusan yang jika kupilih pula akan menyayat hatimu. Sungguh Sauaraku, kini air mataku berlinang karena perkara ini. Aku menangis karena ini menjadi beban berat bagiku. Namun, di sisi lain aku bahagia karena Allah mengutus sesosok laki-laki yang baik budi pekerti dan agamanya yang dengan ikhlasnya ingin menikahiku. Kini ku belum mampu untuk menjawab semua pertanyaan yang terlontar kepadaku melalui pesan ini karena aku sekarang seolah sedang berada di dalam sebuah biduk di tengah lautan. Ku tak tahu ke manakah akan ku kayuh biduk itu." Balasan dari Mutiara, sang gadis yang telah menjadi idaman Khairy.
Setelah membaca pesan tersebut, Khairy mulai menyantap bakso yang telah dimakannya sebagian tadi Sesegera mungkin Khairy menghabiskan bakso tersebut sehingga beberapa detik setelah bakso tersebut habis Khairy langsung membayar dan berpamitan kepada bapak penjual bakso. Ia tak lupa pula mengucapkan terima kasih.Â
Nampaknya Khairy mulai tergesah-gesah untuk segera pulang ke rumahnya tercinta yang telah menjadi syurga dunia keduanya setelah masjid-masjid Allah. Kemudian, dia bergegas mengambil sepeda motornya yang berada jauh dari tempatnya memakan bakso tadi. Setelah tiba di lokasi di mana motornya terparkir, Khairy menyalakan motornya dan melaju dengan santai di atas jalanan yang agak ramai kala itu.Â
Di perjalanan hati Khairy pun kerap kali mampu bertawakkal akan misteri yang kini tengah menimpanya. Namun, kerap kali pula hatinya berbalik dan terhasut oleh bisikan syaitan yang tak ada habisnyya menggangu kehidupan manusia untuk menjauhkan diri dari Rabb mereka.Â
Untungnya Khairy merupakan sesosok pemuda yang bisa dibilang pandai agama. Ia membasahi lisannya dengan zikir sehingga hatinya pun menjadi suci dan tenang. Tak berapa lama dari pantai Khairy tiba tepat di depan rumahnya yang letaknya memang tidak jauh pula dari pantai tersebut.
Khairy kini mulai melepaskan kedua sandal yang sedari tadi menemaninya dengan penuh kesetiaan ke manapun kakinya melangkah dan mulai memasuki rumahnya dengan mengucapkan salam meskipun tak seorang pun ada di rumah itu. Sebenarnya Khairy tinggal di rumah yang telah menjadi syurga baginya itu hanya seorang diri. Jam yang baru saja diliriknya menunjukkan pukul 10.45.Â
Inisiatif Khairy untuk mandi pun meraba-raba dalam pikiran yang kerap kali tak menentu jika lisannya mulai kering dari berzikir kepada Allah Azza wa jalla. Tak lama mengambil keputusan, Khairy pun langsung beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan badan sekaligus pikirannya yang tengah berada dalam kekacauan. Setelah beberapa meni,t Khairy selesai mandi dan bersegera mengambil pakaian yang telah tersusun rapi di dalam lemarinya itu untuk dikenakan.
Khairy menyandarkan punggungnya ke sebuah tembok di dalam kamarnya dan mengambil HP-nya untuk segera mengirimkan kembali pesan kepada sang gadis idamannya itu "Saudariku! Kini bukan hanya engkau yang tengah berada dalam pikiran yang sulit kau emban.Â
Diriku pula tengah merasakan hal yang sama. Karena kaum hawa pada hakikatnya jika telah berhasil menyentuh sanubari kaum Adam, maka kegalauan akan selalu menghatui dan mengusik hatinya. Ketahuilah wahai Saudariku! Memang wanita diciptakan dengan akal yang serba kekurangan, namun betapa banyak lelaki yang cerdas yang mampu dibuat tunduk olehnya.Â
Memang wanita diciptakan dengan sikap yang penuh dengan kelemahlembutan, namun ketahuilah bahwa betapa banyak laki-laki perkasa yang dibuat jatuh dalam jeratannya. Memang wanita diciptakan dengan agama yang minim, namun betapa banyak laki-laki ahli ibadah yang mampu dibuatnya lalai dari mengingat Rabbnya.Â
Karena itulah Saudariku, aku tidak ingin menjadi mangsa dari dirimu yang tanpa sengaja kau telan. Itulah mengapa kuputuskan jalan yang penuh berkah ini. Saudariku, kini ku tak bisa memberimu banyak waktu karena aku tak mau membuat cinta yang suci ini ternodai oleh dosa. Jika kau siap untuk menikah denganku, maka datanglah temui aku di Pantai Jempol di penghujung senja. Lalu, tuntunlah aku untuk menemui ayahmu agar aku dapat mengutarakan semua rasa ini kepadanya.Â