Mohon tunggu...
Humaniora

Bagaimana Mengelola Jurnal Berstandar Akreditasi?

15 Januari 2018   09:58 Diperbarui: 15 Januari 2018   15:03 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutnya, ada beberapa kriteria untuk menilai artikel yang layak diterbitkan atau tidak.  Di antaranya, kebaruan topik yang diangkat dalam artikel (Novelty), basis metodologi riset yang kuat (Sound Research), referensi mencakup hasil riset mutakhir (Updated Reference), terbebas dari plagiarisme (Research dan Academic Ethics), dan bahasa yang digunakan baik dan benar (Language).

jurnal-mukidi-2-5a5c601bdd0fa80ebe2424c2.jpg
jurnal-mukidi-2-5a5c601bdd0fa80ebe2424c2.jpg
"Semua itu harus terpenuhi jika ingin artikel tersebut dianggap bagus," pintanya.

Sementara narasumber kedua Nur Hasib menyampaikan tentang teknik mengelola jurnal mulai dari tampilan (layouter), alamat jurnal, font tulisan, penulis, hingga link atau tautan yang harus ada di laman website jurnal.

Menurutnya, tampilan website jurnal laksana rumah. Apabila rumahnya bagus maka akan banyak orang yang berkunjung. Di samping itu, pengelola harus memberikan layanan dan sajian menarik agar orang yang masuk jadi betah, dan apabila pulang ingin segera datang lagi.

"Orang tidak mengirim artikel karena rumahnya tidak bagus. Karena itu pengelola harus memberikan layanan terbaik agar orang suka dan tertarik untuk mengirimkan artikel," terang Nur Hasib.

Narasumber berikutnya, Didik Supriyanto (Ketua Umum Forum Redaktur Jurnal Kopertais IV Surabaya dan Dosen STITNU Al Hikmah Mojokerto) menambahkan, berbicara sistem online berarti berbicara tentang dunia, bukan lokal. Karenanya, penulisan alamat kantor dan lembaga di e-journal harus jelas. "Jangan merasa pembaca sudah mengerti dengan alamat lembaga karena pembacanya bisa jadi adalah orang dari negeri lain yang tidak tahu dengan lembaga kita," katanya.

Sebagai pamungkas Didik Supriyanto mengatakan, karena ini adalah persoalan teknis maka pengelola harus terus belajar. Kesalahan dalam bekerja merupakan hal biasa. "Yang penting tidak berhenti, belajar berkali-kali tidak masalah," tandasnya. (ds)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun