Azrina Khalwa Hanani, Steward Choirun Annisah Putri Jannah, Sayyidah Sukma Luthfiyyah
Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Surabaya
Paradigma bimbingan dan konseling kini telah berubah menjadi bimbingan konseling komprehensif. Bimbingan konseling komprehensif, atau biasanya dikenal dengan bimbingan konseling perkembangan, lebih menekankan pada pencegahan (preventif) dan perkembangan (developmental) pada konseli [1].
Tentunya, dalam bimbingan konseling perkembangan memiliki beberapa layanan yang akan diberikan pada konseli dengan tujuan agar konseli dapat selesai dari masalah-masalahnya dan dapat mencapai perkembangan secara optimal. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, guru BK pun juga harus mengoptimalkan perananannya dengan meningkatkan keprofesionalannya.
Salah satu layanan yang disajikan ialah layanan dasar, dimana ia memiliki banyak strategi dalam pelaksanaanya. Salah satunya ialah bimbingan klasikal. Untuk sistematika bimbingan klasikal sendiri berbeda dengan mengajar, walaupun keduanya, antara guru BK dan guru mata pelajaran, sama-sama masuk di kelas. Namun perbedaan yang dapat dilihat adalah, guru BK menyajikan sebuah layanan sedangkan guru mata pelajaran mengajar mata pelajaran tertentu. Materi yang disajikan dari bimbingan klasikal sendiri pastinya tidak jauh-jauh dari materi BK itu sendiri, seperti, bimbingan belajar, pribadi, sosial, dan karier.
Pelaksanaan bimbingan klasikal terdiri dari beberapa tahap dan agar pelaksanaan bimbingan klasikal lebih efektif, maka guru BK juga dapat menggunakan media di dalamnya. Penggunaan media secara kreatif akan memperbesar kemungkingan bagi siswa tertarik pada layanan yang sudah diberikan sehingga membuat siswa belajar lebih banyak, mampu menerapkan apa yang di pelajarinya dengan baik dan benar, serta meningkatkan penampilan dalam melakukan keterampilan sesuai dengan yang menjadi tujuan bimbingan konseling itu sendiri.
Salah satu contoh media yang dapat digunakan dalam bimbingan dan konseling adalah majalah dinding atau yang biasanya dikenal dengan istilah mading.
Mading biasanya terbentuk dari karton dengan beralaskan triplek atau sterofoam, yang biasanya diisi dengan informasi-informasi berupa tulisan atau gambar-gambar yang interaktif dan dihias semenarik mungkin. Mading sendiri dalam bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai sarana untuk berkomunikasi dan sarana untuk menyampaikan informasi. Selain itu, mading juga berfungsi sebagai tempat pencurahan ide-ide dan gagasan para siswa. Dalam membuat mading pun, siswa juga diharuskan untuk membaca materi terkait sehingga nantinya ia akan mempertimbangkan poin apa yang dapat dimasukkan ke dalam mading tersebut.Â
Fungsi lain dari mading yakni menjadikan lebih erat hubungan kerjasama antar para pembuatnya, dalam hal ini adalah para siswa [2]. Ketika para guru BK masuk dalam suatu kelas, pastinya mereka akan menyampaikan materi-materi terlebih dahulu. Guru BK juga harus menyesuaikan topik-topik yang akan dibahas dengan asesmen kebutuhan para siswa yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah penyampaian materi, dalam tahap pengakhiran biasanya guru BK memberikan penugasan kepada siswanya agar dapat mengetahui sejauh mana para siswa memahami materi yang telah disampaikan.
Majalah dinding atau mading, dapat digunakan sebagai salah satu penugasan yang cukup efektif dan ringan dalam bimbingan klasikal. Para siswa diharapkan nantinya dapat membuat mading yang sesuai dengan tema bimbingan yang sudah disampaikan. Isi mading pun juga diharapkan dapat menyajikan informasi secara singkat, padat, dan jelas [2], yang dapat diterima oleh seluruh pihak sekolah dikarenakan setelah tugas tersebut selesai, guru BK beserta siswa akan menempelkannya di tempat-tempat yang strategis dimana seluruh pihak sekolah bisa melihatnya.Â
Dengan penugasan mading, para siswa akan menjadi pribadi yang kreatif dan inovatif, serta dapat membangun kerukunan antar anggotanya. Guru BK dapat mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami dan diterapkan oleh para siswa tersebut melalui mading. Sehingga mading juga dapat menjadi evaluasi bagi guru BK itu sendiri.
Keefektifan mading dalam pembelajaran para siswa sudah teruji dalam penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa pascasarjana dari Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan kategori baik, dimana minat baca tulis siswa mencapai angka 75,9%. Mading tersebut biasanya dibaca oleh para siswa di saat jam istirahat telah selesai [2]. Penelitian tersebut dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri I Bengo, Kabupaten Bone. Merujuk kepada penelitian yang dijelaskan sebelumnya, dapat dipastikan bahwa mading dapat menjadi salah satu penugasan kegiatan bimbingan dan konseling dalam bimbingan klasikal.Â
Namun diharapkan guru BK juga memberikan penugasan selain mading, agar siswa tidak merasah jenuh. Mading yang telah dipajang dibeberapa tempat strategis di sekolah, nantinya akan ditempel di kelas siswa sebagai bukti salah satu produk mereka, ataupun bisa juga disimpan di perpustakaan. Guru BK diharapkan juga memahami tentang mading itu sendiri agar dapat mendampingi para siswa dalam proses pembuatan. Selain itu, support dari guru BK diharapkan dapat membangkitkan semangat siswa untuk aktif dalam menuangkan ide mereka.
SUMBER REFERENSIÂ
[1] Â Â Â Â S. Yusuf, Bimbingan dan Konseling Perkembangan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT. Refika Aditama, 2019.
[2] Â Â Â ROSNAH, "Keefektifan Majalah Dinding Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sma Negeri I Bengo Kabupaten Bone the Effectiveness of a Wall Magazine in Learning Indonesian At Sma Negeri 1 Bengo District Bone Tesis," 2016.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H