Mohon tunggu...
Ste Vocal
Ste Vocal Mohon Tunggu... Penulis - Vocalkan suaramu

Cara mudah menjadi kritis adalah mau berpikir, selanjutnya berani bersuara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuhan Juga Tahu, Lebih Baik #DiRumahAja

25 Maret 2020   10:31 Diperbarui: 25 Maret 2020   11:03 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak beberapa pekan kemarin, pemerintah sudah berusaha keras mati-matian untuk memerangi virus satu ini. 

Mulai dari menutup tempat wisata & tempat yang rawan keramaian, melarang aktivitas yang menyebabkan kerumunan banyak orang, penerapan work & school from home, menghimbau instansi swasta dan masyarakat untuk semaksimal mungkin bekerja dari rumah, meniadakan Jumatan di Istana, sampai akhirnya membatalkan ujian nasional. 

Keputusan untuk tes massal sudah diambil dan mendatangkan alat rapid test sudah dilakukan. Gaungan untuk menerapkan physical distancing pun tak henti-hentinya disuarakan. 

Di sektor ekonomi, pemerintah pun mengambil kebijakan pemberian kelonggaran kredit kendaraan untuk tukang ojek, sopir taksi, serta nelayan dan usaha mikro kecil dan menengah untuk nilai kredit di bawah Rp 10 miliar. 

Pemerintah sudah berusaha mati-matian untuk hal ini. Mengambil kebijakan untuk mendukung gerakan physical distancing dan langkah solusi atas dampak yang terjadi pada sektor ekonomi. 

Tetapi, sebagian masyarakat ada yang sangat santuy menyikapi hal ini. Diberikan waktu untuk school from home, malah liburan. Dilarang bepergian, malah melancong ke luar negeri. Akhirnya, kebijakan physical distancing yang sudah dirancang ini tidak bisa berjalan dengan baik, karena dilanggar oleh warga yang santuy bin bandel ini. 

Bahkan, himbauan untuk beribadah di rumah pun tak digubris. Sudah dilarang oleh polisi dan pemerintah, nyatanya Ijtima' 2020 tetap digelar oleh Jemaah Tabligh di Gowa, Makassar dan dihadiri oleh 8.695 orang. Sebagian gereja pun tetap menggelar ibadah, bahkan mengadakan kegiatan yang menyebabkan munculnya banyak kerumunan.

Alasan mereka tetap mengadakan ibadah massal ini pun bermacam-macam. Ada yang mengatakan lebih takut kepada Tuhan daripada virus corona. Ada yang justru menganggap bahwa di saat ini adalah saatnya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan beribadah supaya wabah ini segera hilang. Oke, ibadah memang bagus. Berdoa untuk bangsa ini memang tindakan terpuji. Tetapi, apakah beribadah harus tetap dilakukan beramai-ramai di saat yang seperti ini? Apakah tidak bisa dilakukan #dirumahaja bersama keluarga?

Bukankah Tuhan melihat ibadah dari setiap hati?

Bukankah amal kebaikan pada sesama juga merupakan ibadah?

Dan bukankah menjaga kebersihan adalah sebagian dari ibadah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun