Mohon tunggu...
Ste Vocal
Ste Vocal Mohon Tunggu... Penulis - Vocalkan suaramu

Cara mudah menjadi kritis adalah mau berpikir, selanjutnya berani bersuara

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Corona, Berkah di Balik Wabah?

7 Maret 2020   22:26 Diperbarui: 7 Maret 2020   22:23 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, saya bertanya lagi, 

"Kalau yang eceran, berapa?"

"Satunya Rp 7.500, Mbak".

Saya cuma komen singkat "Mahal juga, ya".

Sambil meneruskan dalam hati, 'Nggak jadi beli meskipun ada maskernya'. Mengapa? Karena harga masker yang saya perlukan selama kurang lebih 3 hari dalam masa pemulihan dari batuk pilek, lebih mahal daripada harga obatnya. 

Urunglah niat saya untuk membelinya. Daripada mengeluarkan untuk 3 gelintir masker, lebih baik saya gunakan untuk membeli vitamin dan makanan bergizi. Itulah yang terpikirkan oleh saya, sebelum Ramayana dan Kimia Farma merilis pemberitaan penjualan masker dengan harga normal.

Dan mungkin yang berpikir dan mengalami hal ini bukan hanya saya saja.

Lalu, atas fenomena ini salah siapa?

Salah yang jual masker dengan harga tinggi?

Atau salah yang beli, masker harga selangit tetap dibeli?

Naiknya harga masker yang dimanfaatkan oknum-oknum oportunis tidak bertaggungjawab memang dapat dipicu banyak hal. Permintaan yang tinggi, paranoid yang tinggi, memunculkan peluang ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun