Jakarta- Seperti yang kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 sejak tahun 2020 hingga saat ini membuat aktifitas tidak seefektif tahun-tahun sebelumnya, salah satunya di bidang pendidikan. Beberapa aktifitas dilakukan dari rumah atau kita sebut dengan daring. Jika seperti itu, apakah kegiatan belajar dan mengajar menjadi efektif? Berikut hasil wawancara seorang tenaga pendidik di salah satu perguruan tinggi.
Â
Nuryati Djihadah M.Pd,M.A., beliau adalah seorang dosen Sastra Indonesia di Universitas Pamulang. Beliau mempunyai impian menjadi tenaga pendidik karena orang tua beliau adalah seorang guru. "Guru adalah seseorang yang dapat mendidik agar para pelajar atau mahasiswa/i menjadi pandai dalam kecerdasan, mempunyai tata krama, dan akhlak mulia. bukan hanya mengajar dan memberikan tugas saja," ujarnya pada saat diwawanacara melalui telepon pada Sabtu, (19/03/22).
Beliau termotivasi agar setiap orang yang bertemu dengan beliau mendapatkan manfaat dari ilmu yang diberikan dan dapat menjadi seseorang yang lebih baik untuk hidup nya. Sebelum menjadi dosen, beliau mengajar di MANÂ 1 kota Tangsel. Beliau mengajar selama 13tahun, banyak sekali pengalaman menarik yang beliau dapatkan, seperti ketika beliau harus mengajar banyak mata kuliah karena pada saat itu tidak banyak dosen. Namun beliau senang, karena dapat berbagi ilmu, "jika kita dapat ilmu, sebaiknya jangan kita simpan untuk diri sendiri," ujarnya.
Â
Nuryati Djihadah mengungkapkan kegelisahan pembelajaran pada saat pandemi sekarang ini. Karena pembelajaran yang dilakukan dari rumah sangat tidak efektif dan tidak maksimal, sehingga dosen dan mahasiswa kehilangan interaksi secara langsung untuk melakukan kontak emosial agar materi yang diberikan dapat dijabarkan secara langsung dengan penuh makna.
Â
Beliau menyayangkan materi yang seharusnya dapat di berikan secara penuh dan aktif tidak bisa dilakukan karena daring, sehingga mahasiswa belum tentu dapat menguasai materi dasar yang diberikan pada e-learning tersebut. "ketika mahasiswa aktif dalam mata kuliah yang saya ajarkan, saya merasa senang dan saya rindukan hal itu," ujar nya. Karena mahasiswa harus bisa berpikir kompleks dan mampu berpikir kritis untuk menghadapi persoalan rumit.
Â
Menurut beliau walaupun hanya mengandalkan daring untuk pembelajaran materi, mahasiwa harus tetap belajar dan mencari materi selain yang diberikan dari berbagai sumber. Karena untuk situasi pandemi saat ini beliau mengakui sedikit sulit, karena mengetahui bahaya nya pandemi dengan berbagai masalah yang di hadapi.
Â
Saat ini kita mengalami learning lost atau bisa disebut kehilangan pembelajaran yaitu selama 1tahun dan harus adanya perbaikan dari sistem pendidikan karena pandemi. Pemerintah harus mengubah dari arah pendidikan yang hilang, seharusnya bisa disesuaikan dengan keadaan. Â Oleh karena itu, luring atau PTM (Pembelajaran Tatap Muka) menjadi solusi yang terbaik untuk tetap melakukan pembelajaran yang telah hilang. Perubahan kurikulum akan dilakukan sampai 2024 dan kemungkinan kurikulum menjadi normal seperti semula jika sudah melewati evaluasi. "Dengan adanya pandemi, pendidikan menjadi hancur setengah nya dan harus di obati," tutur beliau di akhir wawancara.
Penulis: Stevi Syalawati
Dosen Pengampu: Deni Darmawan, S.sos. M.Pd.I
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H