Sebagai cabang ilmu bahasa, morfologi adalah salah satu bagian ilmu Bahasa selain fonologi, sintaksis, dan semantik yang mengkhususkan diri untuk mempelajari, menganalisis, atau menerangjelaskan bentuk atau struktur kata yang menampakkan unit-unit lebih kecil yang merupakan unsur-unsur atau bagiannya dan yang menjadi obejek kajiannya adalah kata. Dalam morfologi dapat dibagi menjadi beberapa materi yang mempunyai peranan dan fungsi yang berbed, salah satunya reduplikasi.
Menurut (Chaer, 2008: 3) morfologi adalah kegiatan membicarakan masalah bentuk-bentuk dan pembentukan kata maka pembahasan mengenai komponen atau unsur pembentukan kata itu, yaitu morfem, baik morfem dasar maupun morfem afiks, dengan berbagai alatproses pembentukan kata itu, yaitu afiks dalam pembentukan kata melalui proses afiksasi, reduplikasi, ataupun pengulangan dalam proses pembentukan kata melalui proses reduplikasi, penggabungan dalam proses pembentukan kata melaui proses komposisi, dan sebagainya.
Dalam morfologi terdapat pembelajaran kelas kata, seperti:
-Nomina (kata benda) adalah semua kata yang dapat diterangkan dengan menambahkan yang + kata sifat (Keraf, 1991:58).
-Verba (Kata kerja) adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Semua kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, di-, kan-, dan-i atau penggabungannya termasuk dalam kata kerja. Tetapi ada juga kata kerja yang tidak mengandung bentuk imbuhan di atas, karenamerupakan bentuk kata dasar, misalnya makan, tidur, pergi, jalan, lari, dan sebagainya.
-Adjektiva (kata sifat) merupakan kata yang menyatakan sifat atau keadaan dari suatu nomina (kata benda) atau suatu pronominal (kata ganti) (Keraf, 1991:88).
-Pronomina (kataganti) merupakan kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda yang menyatakan orang untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Misalnya kakak dapat diganti dengan kata ganti dia, atau ia.
-Adverbia (kata keterangan)adalah kata yang memberi penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat lain. Kata keterangan dibagi menjadi dua, yaitu kata keterangan yang menyatakan seluruh kalimat, dan kata keterangan yang menyatakan unsur kalimat (Chaer, 2006:162-163).
-Numeralia (kata bilangan)adalah kata yang menunjukkan nomor, urutan, atau himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya, kata bilangan dibagi menjadi kata bilangan utama dan kata bilangan tingkat (Chaer, 2006:113).
Proses morfologis juga pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk kata dasar melalui pembubuhn afiks, pengulangan, penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status (Chaer, 1998: 25). Morfologi memiliki sebuah proses yang didalam nya terdapat beberapa unsur, seperti :
-Afiksasi merupakan salah satu proses morfologis. Chaer (2007: 177) berpendapat, afiksasi pada prinsipnya merupakan proses pembentukan kata-kata melalui pembubuhan atau penempelan afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar atau secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa afiksasi adalah penggabungan akar kata dengan afiks. Sementara itu, afiks adalah sebuah bentuk yang diimbuhkan pada bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang dapat mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar. seperti ber-, di-, ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-, adalah prefiks atau awalan. Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperti -em-, -er-, -el-, disebut infiks atau sisipan. Yang terletak di akhir kata dasar, seperti -i -an, -kan, -isme, -isasi, -is,-if,dan lain-lain dinamakan sufiks atau akhiran.
-Reduplikasi Chaer (2006: 288) menyatakan, reduplikasi atau pengulangan kata berguna untuk membentuk kata-kata tertentu yang sesuai untuk digunakan dalam suatu ujaran. Seperti contoh :
tinggi-tinggi(bentuk dasar: tinggi)
kelap-kelip
sayur-mayur
pakaian-pakaian
menerka-nerka
bertahun-tahun
-Morfofonemik, Kridalaksana (2007) memaparkan, morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ramlan (2012: 12) yang mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem lain. Proses perubahan fonem, yaitu proses yang terjadi akibat pertemuan morfem meN-dan peN-dengan bentuk dasarnya. Fonem Npada kedua morfem itu berubah menjadi m, n, , sehingga morfem meN-berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, serta peN-berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Seperti contoh :
meN-+ pakai memakai
meN-+ tolak menolak
meN-+ cuci mencuci
peN-+ gosok penggosok
ber-+ ajar belajar
meN-+ cat mengecat
meN-+ lupakan melupakan
ber-+ ragam beragam
meN-+ kosong mengosongkan
-Konversi adalah proses pembentukan kata dari sebuah dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain, tanpa mengubah bentuk fisik dari dasar itu (Chaer, 2008:235). Contoh: Petani membawa cangkul ke sawah.
-Akronimisasi adalah proses pembentukan sebuah kata dengan cara menyingkat sebuah konsep yang direalisasikan dalam sebuah konstruksi lebih dari sebuah kata. Proses ini menghasilkan sebuah kata yang disebut akronim. Akronim juga adalah sebuah singkatan, namun yang diperlukan sebagai sebuah kata atau sebuah butir leksikal (Chaer, 2008: 236-237). Contoh: Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah).
-Penyerapan adalah proses pengambilan kosa kata dari bahasa asing, baik bahasa Eropa (seperti bahasa Belanda, Inggris, Portugis, dsb.), maupun bahasa Asia (seperti bahasa Arab, Parsi, Sansekerta, Cina, dsb.). Termasuk juga dari bahasa Nusantara (seperti bahasa Jawa, Sunda, Minang, Bali dsb.) (Chaer, 2008: 239). Contoh : kata bahasa Belanda 'domme krach' dilafalkan 'dongkrak'. Kata bahasa Sansekerta 'utpatti'dilafalkan 'upeti'. Kata bahasa Arab 'mudharat'dilafalkan 'melarat'.
Nama Penulis : Stevi SyalawatiÂ
NIM : 211010700281
Fakultas : Sastra IndonesiaÂ
Kode kelas : 03SIDM001
Dosen Pengampu : Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H