-Afiksasi merupakan salah satu proses morfologis. Chaer (2007: 177) berpendapat, afiksasi pada prinsipnya merupakan proses pembentukan kata-kata melalui pembubuhan atau penempelan afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar atau secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa afiksasi adalah penggabungan akar kata dengan afiks. Sementara itu, afiks adalah sebuah bentuk yang diimbuhkan pada bentuk dasar dalam proses pembentukan kata. Afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang dapat mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Afiks yang terletak di awal bentuk kata dasar. seperti ber-, di-, ke-, me-, se-, pe-, per-, ter-, pre-, swa-, adalah prefiks atau awalan. Yang disisipkan di dalam sebuah kata dasar, seperti -em-, -er-, -el-, disebut infiks atau sisipan. Yang terletak di akhir kata dasar, seperti -i -an, -kan, -isme, -isasi, -is,-if,dan lain-lain dinamakan sufiks atau akhiran.
-Reduplikasi Chaer (2006: 288) menyatakan, reduplikasi atau pengulangan kata berguna untuk membentuk kata-kata tertentu yang sesuai untuk digunakan dalam suatu ujaran. Seperti contoh :
tinggi-tinggi(bentuk dasar: tinggi)
kelap-kelip
sayur-mayur
pakaian-pakaian
menerka-nerka
bertahun-tahun
-Morfofonemik, Kridalaksana (2007) memaparkan, morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ramlan (2012: 12) yang mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem lain. Proses perubahan fonem, yaitu proses yang terjadi akibat pertemuan morfem meN-dan peN-dengan bentuk dasarnya. Fonem Npada kedua morfem itu berubah menjadi m, n, , sehingga morfem meN-berubah menjadi mem-, men-, meny-, dan meng-, serta peN-berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Seperti contoh :
meN-+ pakai memakai
meN-+ tolak menolak