Mohon tunggu...
Rakha Stevhira
Rakha Stevhira Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Peminat kajian sufistik dan pemikiran islam

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Mengambinghitamkan Setan (Kontemplasi 2)

6 April 2024   20:15 Diperbarui: 6 April 2024   20:17 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://generasisalaf.files.wordpress.com/2013/08/old-man-reading-quran.jpg

Berbeda dengan kebanyakan thariqah lain termasuk salah satunya Ibnu 'Ajibah yang mengatakan dalam penjelasan hikam bagian ini untuk memutuskan hawa nafsu. Dua metode ini tidak ada pertenangan hanya saja pada metode awal yaitu untuk lebih condong mendidik hawa nafsu sangat diperentukan bagi para mereka yang baru ingin mengenal lebih dalam mengenai ilmu mistis islam ini.

Karena jika para mereka yang masih newbe ini ketika diawal perkenalannya dengan tasawuf kemudian langsung diberikan metode untuk memutuskan seluruh nafsunya yang terjadi mungkin mereka akan terkaget-kaget dan langsung lari tanpa ingin kembali lagi. Karena perlu diingat bahwa nafsu ini memang sangat lekat kaitannya dengan hal-hal yang bersifat fana.

Dengan kondisi kita yang sangat terlalu banyak hidup di dunia tanpa jeda dan beristirahat, mungkin akan menjadi suatu yang mengagetkan seketika disaat diperintahkan untuk meninggalkan segala kebutuhan duniawinya.

Tetapi kembali lagi bahwa dalam hal ini, untuk berjalan menuju Tuhan, sangat menjadi sesuatu yang mutlak untuk membuat syahwat atau nafsu ini tidak membelenggu kita, atau mungkin dapat tunduk dalam arti lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu 'Ajibah bahwa "ar-rahiil ma'atakbiil la yajtami'an" bahwa perjalanan menuju Tuhan dengan kondisi hati yang terbelenggu nafsu adalah sesuatu yang mustahil.

Maka ketundukan nafsu atau terbebasnya hati dari belenggu syahwat akan membuat diri kita dapat mengontrol agar tidak condong terhadapnya atau bahkan untuk tidak meliriknya sekalipun. Maka kemudian kita akan dapat mulai melanjutkan kembali perjalannya untuk memulai menghadirkan Tuhan atau syuhud didalam diri kita secara batin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun