Kisah Al-Ghazali menyampaikan sebuah pesan bahwa kondisi dari sebuah watak intelekual dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu, terlebih ketika kita memutuskan untuk memilih jalan 'uzlah sebagai salah satu metode berpikir.
Sesuai dengan yang disampaikan dalam hikam ini. Ibnu 'Atha'illah menegaskan bahwa setelah menganjurkan kita untuk membenamkan diri di dalam tanah yang penuh dengan kesunyian atau dalam arti ketidaktenaran. Kemudian beliau melanjutkan bahwa sebaik-baiknya diri kita dalam masa pengasingan tersebut adalah dengan ber-tafakur atau berpikir. Karena terdapat beberapa jenis manusia yang memutuskan ketika menjalani periode ini dengan hanya sebagai pelariannya atau kekecewaannya terhadap dunia sosial tanpa ada makna dibaliknya.
Tidak dapat bisa kita pungkiri, saat ini kita berada didalam kondisi dimana melihat orang-orang yang pamer dengan segala bentuk pencapaiannya adalah hal yang terasa menyakitkan. Maka yang timbul adalah kekecawaan dan perasaan sedih karena merasa sudah gagal ketika melihat orang-orang di umur yang sama bahkan lebih muda memamerkan pencapaiannya.
Menurut hematku hal tersebut adalah suatu keniscayaan karena arus media sosial yang menormalisasi itu. Justru yang perlu kita kontrol adalah diri kita. Bahwa membandingkan pencapaian orang lain dengan diri kita bukanlah suatu yang baik. Jika ingin membandingkan dalam konteks islam adalah diri kita dengan diri kita di hari kemarin. Seperti jika hari ini kita lebih buruk dari kemarin berarti kita dikategorikan sebagai golongan orang-orang yang merugi atau jika tidak maka sebaliknya.
Jika memang kita bisa mengontrol, bagaimana kalau tidak? Maka yang terjadi adalah kekecewaan yang aku singgung sebelumnya, yang terjadi hanya lari dan bersembunyi dari dunia yang menurutnya sangat kejam dan tidak berpihak padanya. Sungguh sangat miris karena keadaan tersebut sangat tidak sehat secara mental dan kejiwaan.
Golongan-golongan mereka yang berada dalam kondisi ini dikategorikan sebagai mereka yang ber-'uzlah secara tidak disengaja, berbeda dengan 'uzlah Al-Ghazali dan para penganut paham tasawuf pada umunya.
Kondisi yang sudah terlanjur menimpa sebagian dari generasi saat ini yang merasa kecewa terhadap hidupnya dan akhirnya memilih mengurung diri dari dunia luar dapat kita sisipi dengan nasihat dari Ibnu 'Atha'illah pada hikam ini agar pengasingannya lebih bermanfaat dan sehat.
Bukankah hal yang cukup baik juga jika kita beristirahat sejenak dari hiruk pikuk dunia luar yang menyebalkan karena penuh dengan kompetisi hidup? Dan akan lebih baik lagi jika di masa pengasingan tersebut diisi dengan ber-tafakur.
Dalam kegiatan tersebut contohnya bisa diisi dengan bermeditasi agar kita lebih rileks dan santai dalam menjalani hidup. Untuk membuat hati lebih tenang bahwa tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja, dan untuk tidak apa-apa jika kita merasa gagal dan tertinggal. Latihan tersebut yang dapat menjadi salah satu sarana kegiatan pada periode 'uzlah. Berkompetisi dalam mengejar dunia tidak akan mendapatkan ujung, jika mengutip salah satu orang bijak berkata wasilah bila al-ghayah. Semakin kita kejar dunia maka semakin berlarilah dia.
Ibnu 'Ajibah dalam menjelaskan bagian hikam ini beliau menyebutkan ada 10 manfaat ketika kita melakukan pengasingan ini. Salah satu yang ingin aku soroti adalah pada bagian manfaat yang ke-10. Beliau mengatakan
"تفكر ساعة خير من عبادة سبعين سنة"