Mohon tunggu...
Steve Elu
Steve Elu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

STF Driyarkara_2007; Wartawan Majalah HIDUP. Bergiat menulis puisi dan cerpen. Buku puisi pertama: sajak terakhir (Juni 2014)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Pertiwi

22 Oktober 2014   02:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:12 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pendengaran kami terpatahpatah
pencecapan kami terbatabata
sebab puluhan tahun kami menginap
di sebuah negeri
yang kami sebut puisi pertiwi

daratannya indah, orangorangnya elok
sungaisungainya berkelok, pucukpucuk bukitnya bergelombang
sawah dan langitnya molek

juga kemiskinannya menohok
korupsinya mencolok
konflik SARAnya melolong
sepanjang waktu

#
ah. pagi sudah datang. puisi ini harus segera
kupatahkan. sebelum ibu di kamar barsalin
menghembuskan bayibayi harapan

siapa tahu, esok, esoknya, dan esoknya lagi
telinga dan lidah kami bangkit kembali
karena kemiskinan, korupsi, dan SARA
sudah pupus diary hidupnya. tentunya,
sebelum kutinggal mati

ista, 18 oktober 2014

Sumber: www.steveelu.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun