Mohon tunggu...
Steven Voren
Steven Voren Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

🔥

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Retorika dan Dialektika

9 Oktober 2024   23:47 Diperbarui: 10 Oktober 2024   04:15 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Retorika dan Dialektika

Retorika merupakan seni yang menggubnakan bahasa secara efektif untuk membujuk atau meyakinkan orang lain. Fokus utama retorika adalah pada penyampaian pesan yang persuasif, dengan memperhatikan gaya bahasa, struktur argumen, dan penggunaan emosi, yang memiliki elemen-elemen yaitu pengirim, pesan, saluran, penerima, konteks, dan tujuan, serta memiliki teknik-teknik seperti Ethos, Pathos, Logos. Sedangkan Dialektika, merupakan metode berargumen yang melibatkan pertukaran ide melalui pertanyaan dan jawaban. 

Tujuan dialektika adalah untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang suatu masalah melalui dialog yang kritis dan konstruktif., yang memiliki elemen-elemen seperti tesis, antitesis, dan sintesis. Meskipun berbeda, retorika dan dialektika saling melengkapi. Retorika dapat digunakan untuk menyampaikan ide-ide yang dihasilkan melalui proses dialektika secara lebih efektif. 

Sebaliknya, dialektika dapat digunakan untuk menguji kebenaran argumen yang disampaikan secara retoris. Penguasaan terhadap retorika dan dialektika sangat penting dalam berbagai bidang, seperti komunikasi, politik, hukum, dan pendidikan. Dengan memahami kedua konsep ini, kita dapat menjadi komunikator yang lebih efektif dan berpikir kritis. 



Dalam hal ini, dapat mengambil contoh dari brand kampanye Apple yaitu "shot on iphone". Kampanye "Shot on iPhone" merupakan contoh menarik bagaimana sebuah merek memanfaatkan elemen-elemen retorika dan dialektika secara efektif untuk mempengaruhi audiens. Terdapat berbagai elemen yang dipakai oleh brand tersebut yaitu, Ethos dengan menampilkan karya fotografi pengguna, 

Apple secara tidak langsung menegaskan kualitas kamera iPhone dan kemampuannya menghasilkan gambar yang profesional, Apple juga tidak hanya mengandalkan reputasi merek, tetapi juga melibatkan tokoh-tokoh terkenal dan influencer untuk mempromosikan kampanye ini. Hal ini semakin memperkuat kredibilitas pesan yang disampaikan .

 Elemen Pathos menggunakan foto-foto yang indah dan beragam cerita di baliknya menciptakan koneksi emosional antara pengguna dan produk misalnya, foto seorang anak kecil yang sedang bermain di pantai dengan latar belakang matahari terbenam. Kisah seperti ini menciptakan koneksi emosional yang kuat dengan audiens. . 

Pengguna merasa terinspirasi dan ingin menjadi bagian dari komunitas kreatif yang menggunakan iPhone , serta memakai elemen Logos yang secara implisit menyajikan argumen bahwa iPhone adalah alat fotografi yang mumpuni, dengan menampilkan berbagai jenis foto, dari lanskap hingga potret, Apple menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan kamera iPhone. Kampanye ini juga melibatkan elemen dialektika dalam bentuk dialog antara Apple dan pengguna. 

Dengan menampilkan karya pengguna, Apple seolah mengajak pengguna untuk berpartisipasi dalam percakapan tentang fotografi mobile. Pengguna diajak untuk memberikan tanggapan, berbagi cerita, dan menunjukkan kreativitas mereka.


Kampanye ini berhasil menciptakan komunitas pengguna yang kuat, pengguna merasa terhubung satu sama lain melalui karya fotografi mereka dan berbagi pengalaman menggunakan iPhone. Kampanye ini juga memperkuat persepsi bahwa iPhone adalah lebih dari sekadar smartphone, tetapi juga alat ekspresi diri dan kreativitas, yang alhasil meningkatkan persepsi dari merek tersebut. 

Secara keseluruhan, kampanye "Shot on iPhone" merupakan contoh yang sangat baik tentang bagaimana retorika dan dialektika dapat digunakan secara efektif dalam pemasaran. Dengan memadukan elemen-elemen emosional, logis, dan partisipatif, Apple berhasil menciptakan kampanye yang tidak hanya menjual produk, tetapi juga menginspirasi dan membangun komunitas. 

Jadi, kampanye "Shot on iPhone" menunjukkan bahwa komunikasi yang efektif adalah kombinasi antara seni dan ilmu. Dengan memahami prinsip-prinsip retorika dan dialektika, sebuah merek dapat membangun hubungan yang lebih kuat dengan konsumen dan mencapai tujuan pemasaran yang lebih baik. 


DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=pGUdEQAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=buku+retorika+dan+dialektika+komunikasi+publik&ots=sOzPeNUHIZ&sig=oP91YHx_meFwQ4LHH5BOQ-7Ts1w

https://brankasbro.id/membahas-kesuksesan-kampanye-shot-on-iphone/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun