Mohon tunggu...
Stevenson Christopher Hudiono
Stevenson Christopher Hudiono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid SMA

Murid Kolese Kanisius Kelas 11. Seorang yang ingin tahu banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ekskursi, Mencari Kesamaan sebagai Dasar Toleransi di Tengah Perbedaan

22 November 2024   23:57 Diperbarui: 23 November 2024   00:00 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Selfie Sumber: Dokumentasi Pribadi

"Perbedaan itu sunnatullah. Kita harus belajar untuk saling menghormati dan mengerti satu sama lain, karena itu kunci perdamaian dan kebahagiaan bersama." -Abdurrahman Wahid, Presiden ke-4 Republik Indonesia. 

Perbedaan dalam komunitas manusia adalah sesuatu yang tidak terelakkan karena ia merupakan refleksi dari sifat alami kehidupan. Setiap individu memiliki latar belakang, keyakinan, kebiasaan, dan cara pandang yang unik, hasil dari interaksi mereka dengan lingkungan, budaya, dan sejarah. 

Dalam skala yang lebih luas, keragaman ini meluas ke identitas sosial, agama, dan etnis yang membentuk suatu komunitas. Keberagaman bukanlah penghalang, melainkan peluang untuk memperkaya wawasan dan memperdalam pemahaman antar sesama.

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, merupakan contoh nyata dari keindahan dalam perbedaan. Dengan lebih dari 1.300 suku bangsa, 700 bahasa daerah, dan berbagai agama yang dianut masyarakatnya, Indonesia menunjukkan bahwa keragaman adalah jati diri bangsa. 

Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" menjadi landasan moral yang menegaskan bahwa meskipun berbeda-beda, bangsa Indonesia tetap satu. Perbedaan budaya, seni, dan tradisi menjadi kekayaan yang menyatukan, asalkan diiringi dengan semangat toleransi dan pengertian.

Pengertian terhadap perbedaan memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Ketika manusia membuka hati untuk memahami orang lain, ia sebenarnya sedang membangun hubungan yang melampaui batas-batas fisik dan material. Menghormati keberagaman memungkinkan terciptanya koneksi hati ke hati, di mana setiap orang merasa dihargai dan diterima. 

Dalam proses ini, empati tumbuh dan mendorong kita untuk melihat kemanusiaan dalam setiap individu. Dengan demikian, perbedaan bukanlah jurang pemisah, melainkan jembatan yang menghubungkan jiwa-jiwa dalam kesadaran universal akan nilai kemanusiaan.

Kegiatan Ekskursi yang diikuti kelas 12 Kolese Kanisius adalah ajang mendalami perbedaan serta memahami satu sama lain. Siswa kelas 12 Kolese Kanisius pada Rabu, 30 Oktober 2024 pergi ke pondok pesantren masing-masing sesuai dengan kelompok yang telah dibagi. 

Kami memencar ke berbagai pesantren yang ada di Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. Setelah pagi-pagi berkumpul di kelas dengan segala perlengkapan yang dibutuhkan, mengumpulkan HP masing-masing, serta berdoa, kelompok saya pun pergi ke Pondok Pesantren Al-Mizan yang terletak di Majalengka, Jawa Barat. 

Mengutip dari Layanan Dokumentasi Ulama dan Keislaman, Pondok Pesantren Terpadu Al-Mizan berawal dari keinginan luhur keluarga Haji Muhammad Kosim Fauzan dan istri, Hj. Ummi Kultsum, untuk mengembangkan dakwah Islam sekaligus menjadi benteng akidah umat dari kecenderungan materialisme di masyarakat dan dekadensi moral di kalangan generasi muda. 

Tahun 1992, didirikan Taman Kanak-Kanak Al-Quean dan Taman Pendidikan Al-Quran (TKA-TPA) oleh (Alm.) KH. Muhammad Taufiq Firdaus dengan jumlah siswa-siswi sekitar 200 orang. Sampai sekarang ini juga, Pondok Pesantren Al-Mizan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman sambil mempertahankan nilai mizani yang tradisional. 

Pengalaman saya di Pondok Pesantren tersebut merupakan waktu yang singkat, 3 hari dan 2 malam namun itu tidak menghalangi saya dan teman-teman saya belajar apa yang dapat dipelajari di Pondok Pesantren. Kedatangan kami disambut oleh kepala Pondok Pesantren dengan upacara pembukaan yang hangat serta tarian yang indah.

 Penyambutan yang hangat itu sejujurnya melepaskan ketakutan bahwa pengalaman ekskursi ini akan menjadi pengalaman yang tidak nyaman bagi kedua pihak. Pada pembukaan ini, lagu Al-Mizan dan Mars Kolese Kanisius dikumandangkan. Kepala Pondok Pesantren, Gus Kg, mengatakan bagaimana nilai-nilai Al-Mizan dan Kolese Kanisius esensinya sama, yakni bagaimana kita diharapkan untuk bermanfaat kepada bangsa dan negara kita, Republik Indonesia. 

Di Pondok Pesantren ini, kami mengikuti dinamika sebagaimana penghuni pesantren agar kami dapat memahami kegiatan mereka sehari-hari dengan panduan dari beberapa santri. 

Pada subuh hari, kita semua dibangunkan oleh lonceng untuk segera mengikuti pengajian di rumah Kyai Maman Imanulhaq bersama para santri dan santriwati. Di tempat itu, dibacakan syair-syair yang berisi nilai-nilai mizani serta diberi ceramah tentang filosofi K.H. Abdurrahman Wahid tentang perbedaan. 

 Ketika dinamika pengajian pada pagi hari , saya sadar bahwa para santriwati tidak disegregasikan dengan para santri. Setelah sesi pengajian tersebut selesai, Kyai Maman mengajak kelompok kami berbincang dengan durasi 1 jam-an. Dalam perbincangan tersebut, dugaan saya terbukti, Kyai Maman mengatakan Pondok Pesantren Al-Mizan memang cenderung lebih progresif dibandingkan pondok pesantren lainnya. 

Kyai Maman tidak hanya menerangkan tentang sejarah internal Pondok Pesantren Al-Mizan, kami juga diajak berdiskusi mengenai teologi, terutama teologi agama Abrahamik. Ada teman saya yang secara frontal menentang fakta historis yang ada di Al-Quran, bagaimana Yesus bukanlah orang yang disalibkan, namun ia langsung diangkat di surga. 

Kyai Maman menjawab dengan sangat bijak menggunakan perkataan Gus Dur, ia mengatakan bahwa memang fakta historis dari kedua pihak memang berbeda, tetapi dari kedua pihak memang setuju bahwa Yesus/Nabi Isa adalah penyelamat yang akan datang pada akhir zaman. 

Menurutnya, kasus ini adalah sama dengan perdebatan Ishak atau Yakub yang akan dikorbankan. Pada saat itu, Gus Dur merespon perdebatan tersebut dengan mengatakan bahwa yang penting adalah keduanya pada akhirnya tidak dikorbankan. 

Kyai Maman mengajarkan secara personal ke diri saya bagaimana kesamaan esensi adalah penghubung hati ke hati diantara perbedaan yang ada. Secara pribadi, saya menganggap hal itu sebagai dasar rasa toleransi, yakni pemahaman esensi di antara perbedaan. Agama sendiri adalah sarana Tuhan mengajarkan kebaikan ke komunitas manusia dan itu menjadi fondasi toleransi keagamaan kita. 

Terlepas dari perbedaan ritual keagamaan, perbedaan fakta historis, semua itu menjadi minor dibandingkan nilai kebaikan universal yang ditanamkan. 

Setelah diskusi dengan Kyai Maman yang bermakna, kami melanjutkan kegiatan kami dengan mengikuti kegiatan bersekolah mereka seperti anak SMA biasa, kebetulan mereka sedang belajar pelajaran matematika saat itu. Setelah itu, kami mengikuti pelajaran fiqih mereka.  

Kami juga memiliki pengalaman makan bersama, digelar menggunakan kertas minyak, diambil dari baskom plastik, layaknya para santri. Setelah pengalaman-pengalaman yang banyak tersebut, fisik kami semua terasa capai, apalagi dengan panas yang luar biasa, namun hati saya merasa puas dengan pengalaman ini. 

Refleksi Singkat

Ekskursi adalah ajang menghadapi perbedaan yang ada secara langsung, menjadi sebuah fondasi dasar atas rasa toleransi yang ada. Kita memang semua berbeda, tapi kita disatukan oleh kesamaan esensial itu. Pondok Pesantren adalah tempat yang membuat saya menyadari akan hal tersebut karena langsung mengalami dengan mata kepala saya sendiri. 

Perbedaan memang sebuah hal yang terkadang membuat kita merasa takut, namun ketika kita mendekat, ternyata ada persamaan yang membuat satu sama lain menjadi terhubung oleh ikatan hati. 

Foto Selfie Sumber: Dokumentasi Pribadi
Foto Selfie Sumber: Dokumentasi Pribadi

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun