Tanggal 7-14 Oktober ini, kita disuguhkan dengan momen yang menggembirakan: pengumuman penghargaan Nobel bagi mereka yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap peradaban manusia di berbagai bidang. Penghargaan ini bisa diberikan kepada individu atau organisasi yang telah menunjukkan dedikasi dan inovasi luar biasa. Awalnya, penghargaan Nobel sendiri dibagi menjadi lima kategori; perdamaian, literatur, kimia, fisika, dan kedokteran.
 Namun, seiring berjalannya waktu, bidang ekonomi ditambahkan oleh Bank Sentral Swedia sebagai bentuk penghormatan kepada Alfred Nobel, pencetus penghargaan ini.
Banyak orang penasaran mengenai pencapaian apa yang membuat para penerima penghargaan ini layak mendapatkan pengakuan tersebut. Jejak individu-individu yang menerima penghargaan Nobel ini pun sering kali ditelusuri, mulai dari almamater mereka hingga rekam jejak kehidupan mereka.Â
Menariknya, terdapat satu hal yang mencolok yang sering diperhatikan oleh banyak orang: karya ilmiah para penerima penghargaan Nobel di bidang ilmu pengetahuan alam. Hal yang unik ini bukan hanya ada pada satu individu, tetapi pada banyak dari mereka. Fakta menarik tersebut adalah bahwa karya-karya ilmiah mereka sering kali bersifat interdisipliner.
Karya ilmiah interdisipliner merupakan hasil penelitian yang menggabungkan perspektif, metode, dan teori dari berbagai disiplin ilmu untuk menjawab permasalahan yang ada. Dalam karya ilmiah interdisipliner, penelitian dilakukan dengan melibatkan kolaborasi antar bidang, seperti sains, teknologi, sosial, dan humaniora.Â
Kolaborasi ini bertujuan untuk menghasilkan solusi yang lebih inovatif dan efektif terhadap suatu masalah. Contohnya, pengembangan obat yang melibatkan disiplin ilmu biologi untuk memahami cara kerja sel dan ilmu kimia untuk mengetahui interaksi zat dengan sel.
Pemenang Nobel Kimia tahun ini melakukan riset mengenai penggunaan kecerdasan buatan dan komputasi untuk memprediksi struktur protein dari rantai asam amino. Sementara itu, pemenang Nobel Fisika meraih penghargaan berkat penelitian yang memanfaatkan ilmu fisika dalam pengembangan jaringan neural artifisial, yang menjadi fondasi bagi pembelajaran mesin di bidang kecerdasan buatan.Â
Karya interdisipliner ini bukanlah hal baru; bahkan, sudah ada sejak lama. Contohnya, Marie Curie, wanita yang memenangkan penghargaan Nobel pada awal abad ke-20 di bidang fisika dan kimia, adalah seorang ilmuwan yang karyanya menjembatani berbagai disiplin ilmu.
Pentingnya pendekatan interdisipliner ini tidak hanya terlihat di kalangan penerima Nobel, tetapi juga dalam konteks pendidikan secara global. Di banyak negara, termasuk Indonesia, sistem pendidikan wajib cenderung bersifat terlalu luas, di mana siswa biasanya diarahkan untuk belajar bidang studi seluas mungkin. Mengulik riwayat-riwayat pendidikan para peneliti interdisipliner ini, suatu konklusi dapat didapatkan.Â
Jika ingin sukses dalam suatu bidang, anda pertama-tama harus menjadi sebuah ahli dalam bidang tersebut lalu menginkorporasikan berbagai bidang ke dalam bidang spesifik tersebut. Frase yang terkenal untuk menggambarkan hal ini adalah "Jack of All Trades", dapat ditranslasikan menjadi serba bisa.Â
Menurut World Economic Forum 2018), Â kurikulum pendidikan Finlandia memungkinkan para siswa memilih pelajaran sesuai spesialisasi mereka. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa secara mendalam, menjadikan mereka "master of one thing". Hal ini membantu mereka memahami kompleksitas masalah dan mencari solusi yang lebih holistik.Â
Pendidikan tinggi di sana akan menambahkan keahlian di bidang spesifik tersebut dan memperbolehkan penelitian kolaborasi antar bidang ilmu terjadi. Program S-2 atau S-3 mereka tidak harus sepenuhnya linear dengan gelar mereka sebelumnya.Â
Sedangkan di Indonesia, kurikulum yang terlalu beragam membuat pemahaman siswa di bidang tersebut menjadi kurang dalam, menjadikan mayoritas tidak ahli dalam bidang apa-apa, "Master of None". Ironisnya, dunia pendidikan tinggi Indonesia malah cenderung merestriksi kolaborasi antar bidang, mengekang mayoritas akademisi untuk menginkorporasikan bidang lain ke dalam bidang spesifik keahlian mereka.Â
Dalam dunia yang semakin kompleks ini, tantangan yang dihadapi sering kali tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan satu disiplin ilmu saja. Oleh karena itu, diversifikasi ilmu pengetahuan menjadi sangat penting. Dengan mengadopsi pendekatan interdisipliner, kita tidak hanya dapat menemukan solusi yang lebih efektif untuk masalah yang ada, tetapi juga dapat menciptakan inovasi yang dapat mengubah cara kita hidup dan bekerja.
 Misalnya, dalam bidang kesehatan, kolaborasi antara dokter, ilmuwan data, dan insinyur perangkat lunak telah menghasilkan aplikasi kesehatan yang dapat memantau kondisi pasien secara real-time dan memberikan rekomendasi pengobatan yang lebih tepat.
Analogi yang sesuai untuk menggambarkan suatu bidang ilmu adalah pepatah "Semua jalan menuju Roma." oleh Allain de Lille, seorang teolog Prancis abad ke-12. Saat kita kurang mengetahui secara dalam suatu bidang, kita mengira semua badan ilmu adalah jalan-jalan yang terfragmentasi.Â
Ternyata, saat kita melangkah lebih jauh, jalan-jalan tersebut berpotongan sama lain dan membentuk persimpangan yang membawa kita ke tempat yang lebih baik. Analogi ini diharapkan menjadi sebuah pandangan unik pendekatan interdisipliner, bagaimana suatu badan keilmuan dapat merupakan bagian dari badan keilmuan yang lain.Â
Dengan demikian, penting bagi kita untuk mendorong kolaborasi antar disiplin ilmu di semua sektor, baik dalam pendidikan, penelitian, maupun industri. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi non-pemerintah perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi interdisipliner. Ini bisa dilakukan melalui program-program yang mendorong kolaborasi antara universitas dan industri, serta menyediakan dana untuk penelitian yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Akhirnya, kita harus mempunyai pandangan lebih luas terhadap bagaimana menyikapi ilmu dan badan ilmu, serta mengingat pentingnya kolaborasi dan diversifikasi ilmu pengetahuan. Dengan mengadopsi pendekatan interdisipliner, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik, di mana inovasi dan solusi untuk tantangan global dapat ditemukan melalui kerja sama dan pemikiran kreatif.Â
Mari kita terus mendukung dan mempromosikan kolaborasi antar disiplin ilmu, agar kita dapat mewujudkan potensi penuh dari pengetahuan dan inovasi yang ada.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI