Mohon tunggu...
Stevenson Christopher Hudiono
Stevenson Christopher Hudiono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid SMA

Murid Kolese Kanisius Kelas 11. Seorang yang ingin tahu banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bukan Hanya Sekedar Kalimat, Bagaimana Ucapan "Gapapa, Cuma Sekali Ini" Merusak Anak

22 Agustus 2023   16:31 Diperbarui: 22 Agustus 2023   16:39 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/photos/snack-food-pie-pastry-puff-pastel-6998315/ Ilustrasi junk food

Orang tua adalah sosok yang berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Bagaimana sosok anak nantinya saat dewasa sangat dipengaruhi oleh orang tua. Orang tua mengharapkan anak-anaknya untuk mempunyai karakter baik, serta sukses di kemudian hari. Namun, seringkali ucapan "Gapapa, cuma sekali ini." yang sering diucapkan orang tua menjadi salah satu penghalang harapan orang tua itu sendiri. 

Sudah menjadi umum ucapan "Gapapa, cuma sekali ini." digunakan orang dewasa jika ingin memakan junk food, seperti gorengan, mie instan, dan makanan lain yang dianggap tidak sehat bagi pembicara. Banyak versi dari ucapan ini, seperti:

"Cuma ini doang, enggak apa-apa."

"Sekali-kali bolehlah, no problem."

"Biarlah, kali ini saja kok."

dan lain-lain.

Bagaimana ini menjadi sebuah masalah jika diperdengarkan kepada anak? Bagi para orangtua yang mengucapkan ini, coba refleksikan beberapa hal ini. Apakah anda benar-benar jarang sekali memakan makanan junk food, atau sekali-sekali itu berarti sekali sehari? 

Apakah anda memakan jenis junk food yang berbeda setiap hari, sehingga dengan rasa tak bersalah anda dapat mengatakan "Cuma seminggu sekali, tidak apa-apa dong." 

Ada juga kemungkinan anda membohongi diri sendiri, mengatakan jarang makanan junk food padahal sering. Menurut bbc.com/indonesia, itu adalah sebuah cara untuk menghindari fakta-fakta menyakitkan. 

Anak menjadi korban perkataan ini, menjadi pribadi yang tidak sehat karena sering mengonsumsi junk food. Ia juga dapat menjadi pribadi yang tidak disiplin dan suka membohongi sendiri. Tidak hanya itu, kebiasaan orang tuanya yang buruk itu ditiru olehnya. Dari businessinsider.com, dapat dilihat bagaimana kebiasaan orangtua sangat mempengaruhi anak. Sebagai seorang siswa SMA, sering saya lihat teman-teman saya atau orang yang lebih senior mengucapkan hal ini. 

Hal ini menjadi suatu masalah, karena kebiasaan mengucapkan ini susah cukup lepas dari diri orang. Junk food juga merupakan makanan yang adiktif. Tingginya karbohidrat simpel dalam junk food membuat gula darah tubuh cepat naik, hormon dopamin dilepaskan oleh tubuh dan membuat tubuh mengidam karbohidrat lagi. Banyaknya zat aditif, seperti sodium nitrat, nitrit, potasium bromat, dan zat lainnya yang dapat dilihat di artikel freshnlean.com , serta pewarna buatan membuat tubuh sangat terpikat dengan junk food. 

Sudah waktunya kita semua menghindari ucapan ini. Ini semua demi kesehatan dan karakter generasi penerus. Dengan menghindari kalimat ini, kita dapat mempunyai kebiasaan yang lebih baik. Saya terbuka untuk diskusi dan kritikan mengenai topik ini. Terimakasih telah membaca sepanjang ini.

Berikut sumber-sumber pustaka yang saya kutip dalam pembuatan artikel:

  1. Agar Anda Berhenti membohongi diri sendiri. (2016). Diakses pada 21 Agustus 2023 dari https://www.bbc.com/indonesia/vert_cap/2016/09/160919_vert_cap_membohongi_diri 

  2.  How sugar and fat affect your brain. (2022). Diakses pada 21 Agustus 2023 dari https://www.nationalgeographic.co.uk/science-and-technology/2022/12/how-sugar-and-fat-affect-your-brain

  3. What Makes Junk Food "Junk"? The Ultimate Guide. (2019). Diakses pada 21 Agustus 2023 dari https://www.freshnlean.com/blog/junk-food/

  4. Akhtar, Allana. 2020. 11 science-backed ways your parents' behaviors shaped who you are today Diakses pada 21 Agustus 2023 dari https://www.businessinsider.com/how-your-parents-behaviors-shape-who-you-are-today-2019-7

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun