KAMU, KOTA TERNYAMAN
RA
Saat rembulan dan bintang beradu pandang
Pada sehelai kapas, kuputar dengan lambat pesonamu
Tenang dan terhanyut kau tersingkap pada jingga kedipanku
Hingga insan kita terkurung dalam jiwa yang bertubuh
Hari demi hari terus kita kejar
Menyapa dan berkedip menjadi hiasan terindah kita
Sampai setiap kata mendominasikan kita
Kini semerbak melati tak lagi berkicau
Aku pergi bukan berarti menolak adanya cinta
Yang belum mekar
Sebab, putri malu juga takut pada sentuhan maluku
agar sentuhan itu tetap utuh saat menetas
Jangan ambigu merayu, aku tak mau
Aku ingin membelaimu
Aku tak mau mengeram yang bukan punyaku
Mending kita berjarak, agar cintaku seperjakaku
Sebab, sucimu hanya bisa dipagut dengan "caraku mencintaimu"
Sudut Penfui, 12/01/23
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H