*Steven Saunoah
Siang menggertak bibir yang kering
Karna tersambar oleh panasnya terik matahari
Sesaat kemudian...
Tanda bahwa sedikit lagi akan ada tangisan bumi
Tangisan itu, aku menyebutnya hujan.
            Dalam samar-samar hujan itu,
            Imajinasiku melayang jauh.
            Jauh dan seakan menjadi pendobrak rindu
            Dan menghentikan kaki yang hendak melangkah.
Tangisan pun pecah, aku pun jatuh
Tangisan itu membasahi bumi, aku pun diam
Diam karna tak ada gunanya jika bersuara di tengah tangisan bumi.
Seperti tak berdaya di bawah rintik,
Aku pun tak berdaya di bawah matamu yang lentik.
            Sesaat kemudian...Aku tersadar
            Tersadar, bahwa hujan hanya bersandiwara.
            Namun, aku sudah terlanjur
Terlanjur, membawamu dalam suasana.
Ruang rintik, 03/09/22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H