Melihat pemberitaan yang begitu gencar oleh media membuat saya ingin ikut memberikan sesuatu yang saya ketahui sebagai pelaut yang sering melewati daerah Somalia, serta upaya terbaik untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pembajakan kapal MV. Sinar Kudus oleh perompak Somalia. Perompak Somalia adalah masalah yang dihadapi dalam jalur pelayaran Asia-Eropa dan sebaliknya. Adapun alasan mereka memilih melakukan perompakan dikarenakan rute kapal yang mengharuskan melewati Teluk Aden untuk dapat melanjutkan perjalanan menuju Terusan Suez yang menghubungkan Lautan Mediterania dengan Laut Merah. Dengan melewati Terusan Suez maka waktu tempuh yang dibutuhkan kapal menjadi semakin singkat karena sebelum adanya Terusan Suez ini, kapal kapal dari Asia menuju Eropa dan sebaliknya harus memutari benua Afrika melalui Tanjung Harapan. Awalnya kasus kasus pembajakan kapal hanya menjadi tanggung jawab pihak pemilik kapal dan muatan itu sendiri. Namun seiring dengan perjalanan waktu, kegiatan Perompak Somalia ini mulai mendapat perhatian di mata dunia di tahun 2008 setelah kasus pembajakan kapal MV. Faina milik Ukraina yang mengangkut 33 Tank lengkap dengan persenjataan buatan Rusia. Hal ini mendorong dikeluarkannya resolusi 1838 oleh PBB untuk meminta partisipasi negara negara anggotanya untuk membantu pengamanan di daerah lepas pantai Somalia. Bahkan untuk mengatur itu Organisasi Maritim Internasional telah membuat koridor yang dianjurkan untuk setiap kapal yang melewati daerah tersebut beserta langkah langkah yang harus ditempuh sebagai tindakan preventif terhadap aksi pembajakan. Koridor itu dikenal dengan Internationally Recommended Transit Corridor yang membentang menjadi 2 titik A-B sepanjang Teluk Aden. Di sekitar wilayah itu telah disiagakan pasukan koalisi yang berasal dari negara negara sukarela yang mengirimkan pasukan tempurnya untuk mengamankan wilayah itu. Dengan semakin terdesaknya ruang bagi para perompak Somalia untuk melancarkan aksinya di sekitar Teluk Aden dan pantai Somalia, maka mereka mengubah pola perompakan dengan menggunakan kapal induk untuk dapat memperluas aksinya. Tercatat mereka telah melakukan penyerangan dengan jarak 1000 mil dari pantai Somalia, bahkan menyebar hingga mendekati Madagascar, Seychelles, Maldives bahkan India. Bukan main tentunya karena wilayah kekuasaan mereka bukan hanya lepas pantai Somalia lagi melainkan hampir seluruh Laut Arab, dimana untuk mencapai itu dibutuhkan persiapan yang cukup matang seperti perbekalan makanan, bahan bakar dan sarana penunjang lainnya. Adapun kapal induk yang mereka gunakan adalah kapal ikan atau kapal dengan tenaga rendah yang berhasil mereka bajak, bahkan nama nama kapal yang mereka gunakan sudah disebar melalui ONI (Office of Naval Intelligence) dari pihak Amerika ataupun Biro Maritim Internasional. Melalui badan dunia itu sebenarnya kerap diberitakan kejadian penyerangan dan pembajakan lengkap dengan posisi yang akurat sebagai panduan bagi kapal lain untuk dapat bernavigasi dengan aman sebagai upaya pencegahan dari perompakan. Berdasarkan pengalaman saya di lapangan, pasukan koalisi itu hanya melindungi kapal kapal yang melewati koridor internasional itu saja dan bukan laut arab keseluruhan. Untuk itu kapal kapal harus menyadari akan bahaya setiap memasuki wilayah ini dan dituntut untuk selalu siaga penuh. Namun walaupun sedemikian siaganya para awak kapal tentu bukanlah tandingan bila bertemu langsung dengan para pembajak yang memiliki persenjataan lengkap dan terampil. Apalagi untuk mendapatkan bantuan saat itu juga tentu memerlukan waktu yang sangat lama mengingat tempat kejadian berada di lautan lepas tersebut. Kembali ke topik permasalahan MV. Sinar Kudus terlepas dari kronologis kejadian perompakan. Kita ketahui bahwa kapal Sinar Kudus sekarang berada dalam wilayah kekuasaan para perompak Somalia dimana boleh kita katakan tempat itu menjadi markas para perompak karna kita ketahui selain kapal Sinar Kudus terdapat kapal lain yang sedang dalam tawanan berikut awaknya. Bagi saya adalah suatu resiko yang sangat besar untuk menerjunkan operasi militer sebagai upaya pembebasannya, dikarenakan itu dapat menimbulkan bahaya baik bagi awak kapal, kapal, muatan bahkan personil TNI kita. Alangkah tepat bila langkah yang diambil adalah negoisasi yang bijak untuk mencapai keputusan akhir dengan pihak perompak, baik itu membayar tebusan ataupun upaya bijak lainnya. Merupakan hal yang lumrah dengan membayar uang tebusan karena upaya itu selalu berhasil dan memang itu adalah tujuan akhir dari para perompak dan bukan untuk menyakiti awak kapal kecuali terpaksa atau dipaksa. Sekarang yang dibutuhkan adalah ketegasan pihak pemerintah untuk segera cepat menyelesaikan masalah ini karena berita ini sudah besar di media dan menjadi hak publik untuk mendapatkan informasi dengan benar. Jangan membandingkan dengan kegagahan AL Korea Selatan ataupun Malaysia karena kondisinya benar benar berbeda, pada saat itu kapal Korsel ataupun Malaysia itu dalam keadaan berlayar di wilayah koridor internasional tetapi Sinar Kudus sekarang berada di markasnya para perompak. Juga tak bijak untuk membandingkan kesuksesan Operasi woyla dengan kondisi sekarang karena menurut saya situasinya benar benar berbeda. Ada baiknya kita belajar dari China pada saat kasus pembajakan kapal mereka MV. De Xing Hai oleh perompak Somalia. Sebelumnya pemerintah China berencana untuk menginvasi Somalia besar besaran tetapi setelah ditelaah lebih jauh akan menjadi bijak dengan membayar uang tebusan senilai 4 juta dolar amerika. Langkah yang tepat untuk sekarang adalah membayar tebusan dan setelah itu kita dapat mengirimkan pasukan TNI kita untuk bergabung dengan pasukan koalisi dunia untuk mengamankan perairan Somalia. Juga mengajukan forum ke PBB untuk tetap memberikan masukan ke arah yang lebih baik untuk membantu perdamaian dan keamanan dunia. Tak lupa untuk menjatuhkan sanksi kepada pihak perusahaan apabila ditemukan kelalaian dari pihak perusahaan, serta menjamin keselamatan dan kesehatan seluruh awak kapal MV. Sinar Kudus untuk bertemu kembali dengan keluarga tercinta. Akhir kata, saya ingin ikut mendoakan para awak kapal beserta keluarga agar selalu diberikan kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa dan juga masalah ini dapat diselesaikan dengan akhir bahagia. Amin [caption id="attachment_101240" align="aligncenter" width="600" caption="Anti Piracy Planning Chart"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H