Dengan begitu, harapannya anak-anak dapat dengan sukarela mengikut "syarat dan ketentuan" yang berlaku, sebagaimana hal tersebut juga bertujuan baik untuk perkembangan mereka sendiri.
"Bagaimana bila anak-anak tersebut menolak?" Hmm, berarti kemungkinan poin pertama belum terimplementasikan dengan baik. Atau, bisa juga ditanggapi dengan melakukan poin ketiga.
3. Arahkan Anak ke Hobinya
Apabila poin pertama sudah diimplementasikan dengan baik, namun anak-anak tetap tak bisa lepas dari game online dan segala dampak negatifnya, bisa jadi karena ia belum menemukan hobinya atau passionnya.
Ya, hal ini sejatinya pernah penulis alami selama kurang lebih 6 tahun, dari SMP hingga kuliah. Selama itulah penulis mengalami adiksi terhadap game online. Setelah penulis pikir-pikir kembali, selama 6 tahun itu penulis tak benar-benar tahu apa yang menjadi passion/hobi penulis selain game online.
Barulah di awal Agustus 2020 kemarin, penulis mengenal Kompasiana, mulai menulis, hingga sekarang menulis menjadi hobi penulis dan dapat terlepas dari adiksi game online selama 6 tahun tersebut, yang bila penulis pikir ulang sangat menyiksa fisik dan mental.
Untuk para orangtua yang merasa anak-anaknya belum memiliki passion/hobi yang ditekuni, tak ada salahnya segera membantu mereka mencarikan apa yang mereka suka. Hal ini dapat membantu mengalihkan fokus mereka dari keinginan untuk bermain game online.
Namun satu hal yang perlu diingat, jangan sekali-sekali memaksakan anak melakukan kegiatan lain yang tidak menjadi kesukaannya, hanya untuk membebaskannya dari adiksi game online. Karena terang saja, hal itu takkan berhasil, justru keinginan bermain game online akan meningkat, karena mereka malah akan menganggap game online lah yang dapat membuat mereka bahagia.
***
Itulah pembahasan singkat penulis mengenai adiksi game online kepada anak yang berujung dukungan terhadap pemblokiran salah satu game online. Kiranya kita selaku masyarakat dapat menyikapi sesuatu dengan perspektif yang lebih besar.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kalimat yang terkesan menggurui, semoga bermanfaat.
Link Artikel 1: Viral Bocil Freestyle di Masjid, Siapa yang Harus Bertanggung Jawab?