Kurang lebih 2 Minggu terakhir, nama Dayana kerap kali menghiasi laman sosial media kita, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, hingga beberapa channel berita dan gosip di stasiun televisi. Lantas, apa penyebab dara 18 tahun asal Kazakhstan ini tiba-tiba viral?
Singkatnya, Dayana yang memang sebelumnya sudah cukup terkenal semenjak masuk dalam video Youtube dari Fiki Naki, diketahui terlibat konflik dengan Fiki di perayaan hari Valentine, tanggal 14 Februari 2021 yang lalu.
Konflik tersebut sendiri adalah perihal unggahan konten hadiah Valentine yang (seolah-olah) diberikan Fiki Naki untuk Dayana. Nah hingga kini, ada 2 sudut pandang yang semua orang pun belum tahu mana yang benar.
Menurut versi manajer Dayana, mereka kecewa lantaran honor Dayana dipotong 50% oleh pihak Fiki Naki karena adanya keterlambatan konten yang mereka unggah. Dari sini saja sebenarnya juga bisa diketahui bahwa kesalahan memang ada di pihak Dayana.
Nah, sementara dari versi manajer Fiki Naki, ia mengatakan kalau pemotongan honor itu disebabkan karena Dayana yang tidak profesional dan sebagian besar pekerjaan diurus oleh Fiki. Jadi, klarifikasi dari Fiki ini semakin menyudutkan Dayana.
Oleh karena itu, Dayana kemudian dibully habis-habisan oleh netizen Indonesia. Menanggapi ujaran kebencian tersebut, Dayana malah menimpali dengan pernyataan bahwa ia tak peduli dengan popularitasnya di Indonesia. Ia mengatakan juga, kalau ia bisa lebih terkenal di Rusia dan Kazakhstan.
Ternyata eh ternyata, pernyataan menohok dari Dayana ini memancing reaksi keras dari warganet Indonesia, yang merasa bahwa Dayana sudah menyepelekan bangsa Indonesia.
Netizen pun ramai-ramai membuat gerakan unfollow Dayana secara massal. Ternyata, netizen Indonesia yang baru saja dilabeli netizen paling tidak sopan se Asia Tenggara oleh Microsoft ini, bisa juga kompak kala membela harga diri bangsa Indonesia.
Hal itu terbukti dari followers Instagram Dayana yang turun drastis hanya dalam hitungan hari. Followers IG Dayana dengan username @demi.demik yang awalnya mencapai 2,2 juta orang, kini hanya tersisa 1,3 juta orang saja, dan masih berpotensi turun lagi hingga beberapa hari kedepan.
Dari viralnya kasus Dayana ini, ada setidaknya 3 hal yang saya tangkap dan juga bisa dijadikan pelajaran oleh semua orang. Ketiga poin tersebut antara lain:
1. Menjadi Public Figure itu Tidak Gampang
Poin pertama yang menjadi perhatian dari viralnya Dayana adalah, kita diingatkan bahwa menjadi seorang public figure itu tidak gampang, dan tidak semua orang bisa menjadi public figure. Kalau bisa pun, belum tentu orang tersebut siap dengan konsekuensinya.
Ya, konsekuensi menjadi public figure adalah harus siap mempunyai "Dua Wajah", wajah pertama adalah cerminan dari diri kita sendiri, dan wajah yang lain adalah "Image" sebagai public figure yang dikenal khalayak ramai.
Sebelum konflik dengan Fiki, Dayana dikenal sebagai pribadi yang cantik, lembut, santun, dan manis, sehingga digilai jutaan orang. Hal itu terlihat dari followers IG Dayana yang awalnya hanya sekitar 2 ribuan orang saja, dan dalam satu atau dua hari setelah videonya viral, followersnya langsung melonjak hingga 2 juta orang.
Nah, setelah konflik dengan Fiki terbuka ke publik, masyarakat kemudian kecewa, karena kepribadian asli Dayana (Yang mungkin tidak seharusnya diketahui publik), malah berkebalikan dengan Image yang dibangun Dayana dan diketahui publik selama ini. Alhasil, timbul aksi unfollow massal yang diinisiasi oleh penggemar yang kecewa.
Dari sini kita belajar, bahwa apa yang kita gapai dengan gampang, dapat hilang dengan gampang pula bila tak pandai mempertahankannya.
2. Jangan Cepat Overproud dan Star Syndrome
Bila diminta untuk menyebutkan salah kesalahan terbesar Dayana, maka saya akan menyebut bahwa Dayana terlalu cepat overproud dan besar kepala, atau dalam istilah kerennya biasa disebut "Star Syndrome".
Rasanya kita semua pasti sadar kan kapan Dayana melakukan blunder ini? Ya, itu adalah saat dimana Dayana mengatakan bahwa ia tidak begitu peduli akan popularitasnya di Indonesia, dan berucap kalau popularitasnya di Rusia dan Kazakhstan jauh lebih penting.
Jadi, seakan-akan Dayana ingin bilang bahwa ia tidak peduli dengan followersnya di Indonesia, dan masih dapat tetap eksis meski hanya dengan followers dari Rusia dan Kazakhstan.
Pernyataan tersebut, selain terdengar sombong dan merendahkan netizen Indonesia, itu juga membuktikan bahwa sejatinya Dayana ini ibarat pepatah kacang lupa kulitnya. Dayana sepertinya lupa, bahwa ia menjadi seorang bintang tak lain berkat dukungan dari para followers Indonesia yang ia miliki.
Jadi di sini kita belajar, bahwa meski kita sudah menjadi public figure atau akan menjadi public figure nantinya, ada baiknya kita jauhi sikap sombong, overproud, dan besar kepala, agar menjadi public figure yang down-to-earth serta tidak ditinggalkan penggemar.
3. Pentingnya Peran Social Media Manager di Era Digital
Viralnya kasus Dayana juga seakan membuka mata kita, bahwa di dunia modern yang dekat dengan sosial media ini, penting untuk seorang public figure memiliki seorang social media manager. Social media manager itu apa? Bukannya Dayana sudah punya manajer?
Jadi, social media manager itu adalah orang yang mengurusi semua hal perihal sosial media si public figure. Misalnya, konten apa yang harus di posting di sosmed, desain feeds, caption, dan segala pernak-pernik seputar sosial media si public figure.
Social media manager pun biasanya punya pengetahuan seputar dunia Public Relations, seperti cara menggaet atensi publik, mengatasi krisis/permasalahan yang menimpa si public figure, dan sebagainya.
Apakah pekerjaan tersebut tak bisa dilakukan oleh manajer biasa? Sebenarnya bisa-bisa saja, namun hasilnya tentu tidak akan maksimal. Ya, kasus Dayana adalah contoh nyatanya.
Bila Dayana punya seorang social media manager, pastilah si social media manager ini akan mencegah Dayana untuk mengeluarkan statement bahwa ia tak butuh dukungan masyarakat Indonesia untuk menjadi terkenal. Hal itu karena si social media manager tahu, statement tersebut hanya akan merusak reputasi Dayana saja.
Kalau pun, andai kata Dayana terlanjur mengeluarkan statement tersebut tanpa sepengetahuan sang social media manager, hal itu masih dapat diatasi dengan membuat permintaan maaf yang tulus dan sesuai dengan apa yang diharapkan publik. Seorang social media manager pasti tahu apa yang harus diucapkan Dayana dalam situasi tersebut.
Namun apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Karena tak ada social media manager yang membantu Dayana, reputasi sang public figure kini telah hancur lebur akibat statement blunder dan permintaan maaf (Klarifikasi) yang terlihat dilakukan dengan setengah hati tersebut.
***
Itulah kronologi singkat serta 3 pelajaran yang bisa dipetik dari kasus Dayana yang kerap menjadi buah bibir akhir-akhir ini. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H