"Menulis adalah menjawab kegelisahan" -Raditya Dika-
Quotes dari penulis sekaligus Stand-up Comedian Raditya Dika diatas sesungguhnya hanyalah satu dari sekian banyak motivasi seseorang yang memutuskan untuk mulai menulis.
Ada yang menulis untuk kesenangan pribadi seperti menjawab kegelisahan dan berbagi, ada juga yang menulis atas dasar alasan keuangan, ya untuk sekedar menambah pemasukan atau bahkan dijadikan sumber keuangan yang utama.
Namun apa pun alasan kita semua menulis, pasti ada satu hal yang membuat kita bangga sekaligus bahagia. Ya, apalagi kalau bukan di saat artikel yang kita tulis dibaca oleh ribuan bahkan puluhan ribu pasang mata.
Nah, untuk meraup jumlah pembaca yang banyak, tentu diperlukan teknik menulis yang benar serta kemampuan membaca artikel apa yang kemungkinan disukai oleh pembaca. Salah satu aspek krusial yang kadang terlupakan ialah soal waktu.
Ya, pengemasan artikel juga perlu mempertimbangkan aspek waktu agar jumlah pembaca yang diinginkan dapat tercapai. Penulisan artikel berdasarkan waktu sendiri dapat dibagi menjadi 2, yaitu secara short term dan long term.
Maka dari itu, sebaiknya penulis mempertimbangkan, apakah artikel yang ditulis tersebut ingin dikemas secara short term atau long term. Untuk lebih mudah memahaminya, mari kita langsung membahas perbedaan keduanya.
1. Topik yang Aktual
Artikel yang bertipe short term biasanya meliputi beberapa tema khusus, seperti politik, olahraga, ekonomi dan hiburan. Tema-tema tersebut tergolong short term dikarenakan perubahan yang meliputi tema tersebut dapat terjadi dalam hitungan hari atau bahkan jam.
Kompasianer yang rutin menulis artikel jenis short term adalah bapak Fery W. yang rajin menulis artikel bertema politik, dan pak Hendro Santoso atau yang akrab disapa pak Hensa, yang selalu menghiasi kolom "Olahraga" Kompasiana dengan artikel sepak bola yang ditulis beliau setiap hari.