Sosok pelatih seperti yang kita tahu memegang peranan vital terhadap kesuksesan suatu klub sepakbola. Bahkan, tak jarang seorang pelatih bisa menjadi wajah atau ikon dari klub tersebut.
Kita ambil contoh saja Sir Alex Ferguson. Opa Fergie tidak hanya menjadi ikon dari Manchester United, ia pun mampu mempersembahkan banyak gelar untuk Manchester United seperti:
Dan setelah Sir Alex pensiun, belum ada lagi pelatih yang mampu memberikan gelar Premier League ataupun Liga Champions kepada setan merah. Wajar saja, Opa Fergie menjadi idola bagi hampir seluruh fans MU.
Namun, sepertinya hal tersebut hanya terjadi pada sebagian kecil pelatih saja. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukan bagaimana sebuah klub dapat begitu kejam terhadap seorang pelatih. Bahkan tidak jarang, kegagalan dari suatu klub semuanya diarahkan kepada sang pelatih. Nama Jose Mourinho, Arsene Wenger, dan yang paling baru ada nama Maurizio Sarri yang terkena imbas dari buruknya performa tim yang ditukangi. Namun, apa benar pelatih-pelatih tersebut adalah biang kerok dari bobroknya tim mereka? Saya rasa tidak.
Jose Mourinho
Jose Mourinho sendiri beberapa kali didepak dari kursi kepelatihan. Chelsea, Manchester United dan Real Madrid adalah beberapa klub yang memutus kontrak Mourinho saat sedang melatih. Manchester United adalah klub terakhir yang memutus kontrak Mourinho pada 18 Desember 2018. Rentetan hasil buruk yang diderita MU adalah penyebab Mourinho didepak dari kursi kepelatihan MU. Puncaknya adalah ketika MU dihajar Liverpool 3-1, 16 Desember 2018.
Namun, bukankah board Manchester United yang tidak mengabulkan permintaan Mourinho merekrut Gareth Bale pada saat itu? Ya, memang logis apabila MU saat itu dibantai Liverpool. Liverpool punya Firmino, Mane, Salah berbanding Lukaku, Rashford dan Lingard milik MU. Lingard sama sekali tidak berada selevel dengan Mane ataupun Salah. Jadi, dengan komposisi pemain yang dibawah rata-rata, tidak wajar menyalahkan Mourinho atas situasi yang ada. Board MU seakan cari aman atas kepelitan mereka di bursa transfer, dengan menyalahkan Mourinho.
Arsene Wenger
Arsene Wenger adalah salah satu pelatih legendaris Premier League yang melatih Arsenal selama 22 tahun. Namun, kebersamaan tersebut harus terlepas pada April 2018 lantaran banyaknya tuntutan fans yang mengutarakan tagar #WengerOut. Ya, Arsenal dinilai tak berkembang dan hanya dipandang sebagai kontender untuk peringkat 4 besar, bukan kandidat juara.
Hal ini tentu sangat wajar mengingat board Arsenal yang terkenal pelit untuk mengucurkan uang untuk membeli pemain bintang. Ya, memang skuat Arsenal di tahun 2018 begitu menyedihkan, terutama di bagian bek. Duet Mustafi dan Koscielny tentu menjadi mangsa empuk bagi striker tajam kala itu.Â
Belum lagi Jack Wilshere yang acap kali cedera. Praktis Arsenal hanya mengandalkan pemain muda seperti Monreal, Iwobi, Maitland-Niles dan pemain berpengalaman seperti Aubameyang, Ozil dan Lacazette. Lalu, apakah Wenger patut disalahkan? Tentu tidak! Andaikan board Arsenal mau mengucurkan uang untuk 2 atau 3 pemain bintang, otomatis pemecatan Arsene Wenger tak perlu dilakukan.
Maurizio Sarri
Jika dilihat secara sekilas tampak wajar apabila Maurizio Sarri dipecat Juventus. Mulai dari hubungannya yang tak baik dengan fans Si Nyonya Tua dan megabintang Cristiano Ronaldo, kekalahan di final Coppa Italia melawan Napoli dan yang paling baru kekalahan di babak perempat final Liga Champions 2020. Namun, ada hal lain yang sepertinya mengganjal dari kasus Sarri ini.
Ya, apabila board Juventus tahu hubungan Sarri dan fans Juve tak begitu bagus, lantas mengapa nama Sarri yang dikontrak sedangkan ada nama beken lain yang ngantri untuk melatih Juventus?Â
Lalu yang kedua, faktor kekalahan Juventus melawan klub besar bisa jadi dikarenakan karena hubungan pelatih dan pemain yang tak begitu baik. Sarri dan Ronaldo serta pemain lainnya tak tampak akur layaknya Klopp dan anak buahnya. Sarri juga berulang kali dikabarkan tidak menjadi "bos" seperti kala menukangi Napoli.Â
Di Napoli, Sarri seperti bos yang mempunyai otoritas dalam klub tersebut. Namun di Juventus, nama Sarri bahkan tak lebih besar dari Cristiano Ronaldo. Jadi, memang sudah seharusnya Sarri meninggalkan Juventus walau tanpa dipecat sekalipun, karena Juve memang bukan tempatnya Sarri.
Masih banyak pelatih dengan pemecetan yang tak lazim meskipun membawa timnya dalam trend yang positif. Hal ini tentunya patut dipertanyakan kebenarannya agar kedepannya pelatih tak dijadikan kambing hitam atas kegagalan Manajemen klub.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H