Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Dosen - Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tahlilan Keliling Jadi Sarana Hilangkan Depresi

25 Maret 2024   11:45 Diperbarui: 25 Maret 2024   11:57 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu, penulis pernah tahlilan walaupun tidak disuguhi makanan maupun snack. Dalam acara tersebut hanya ada kerupuk dan air mineral. Maklum saja bahwa tahlilan tersebut dikenal sebagai tahlilan anak-anak kecil alias bocil. 

Di desa penulis, tahlilan bukan hanya ada di level senior saja melainkan sampai level junior. Ibarat sepak bola, regenerasi pemain harus dijaga mulai level grassroot. 

Ternyata, kiprah tahlilan mampu menjadi wahana bermain yang tak kalah seru daripada wahana permainan anak. Para bocil dapat bersenda gurau dengan rekan sebaya karena acara tahlilan. Oleh karenanya, tahlilan is happiness.

World Health Organization (WHO), 2022 mencatat bahwa depresi dan bunuh diri merupakan masalah kesehatan mental serius di dunia. Bahkan, WHO menempatkan depresi sebagai masalah kesehatan yang paling serius nomor 4 di dunia. Hal ini semakin diyakinkan oleh survei dari masyarakat dunia yang diadakan oleh survei Ipsos Global yang bertajuk Health Service Monitor 2023. 

Dalam surveinya, Ipsos Global meriset sebanyak 44% responden dari 31 negara di dunia menilai bahwa kesehatan mental menjadi masalah kesehatan yang paling dikhawatirkan. Nomor satu ditempati oleh kesehatan mental dan kanker. 

Adapun depresi atau stress menempati urutan ke-3 di dunia. Maka, bukan tanpa sebab bahwa depresi memang benar-benar mengancam kesehatan penduduk bumi khususnya di Indonesia.

Kementerian kesehatan RI, 2023 telah memberikan gambaran kasus depresi di Indonesia dalam berbagai latar belakang. Pada sudut gambaran masalah yang dihadapi masyarakat dan gangguan jiwa, Kemenkes RI melaporkan bahwa 1 dari 10 orang berusia 15+ di Indonesia mengalami Gangguan Mental Emosional (GME). Jumlahnya kurang lebih 20.480.227 jiwa. 

Sedangkan prevalensi Gangguan Jiwa Berat di dunia (GJB) sebesar 0,18%. Artinya ada 2 dari 1000 orang di dunia mengalami gangguan jiwa berat. Pada sudut gambaran kekerasan dan perundungan anak serta gangguan jiwa  remaja dunia menggambarkan bahwa 2-3 anak usia 13-17 tahun setidaknya pernah mengalami kekerasan selam hidupnya.

Ironinya, ada gangguan jiwa yang menyebabkan pola pikir anak tersebut berupaya  melakukan percobaan bunuh diri. Sedangkan kasus bunuh diri di Indonesia terus mengalami kenaikan angka yang cukup mengejutkan. Mabes Polri, 2022 melaporkan bahwa mulai tahun 2015 angka bunuh diri di Indonesia selalu fluktuatif. 

Hal ini diperparah dengan angka bunuh diri di tahun 2016 yang memcahkan rekor kasus terbanyak sejumlah 875 kasus. Sedangkan di tahun 2022, angka ini juga menyentuh digit 800 ke atas, namun masih menjadi peringkat ke-2. 

Ironinya, kasus gangguan jiwa ini juga merangsang angka kenaikan penyalahgunaan Napza di Indonesia. Pada rentang tahun 2019-2021 terjadi prevalensi dari 1,8% di tahun 2019 menjadi 1,95% di tahun 2021 atau hampir 3,7 juta jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun