Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Dosen - Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pragmatisme Etika Pendidikan

17 Februari 2024   09:59 Diperbarui: 17 Februari 2024   10:04 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang benar adanya, sebutan pahlawan tanpa tanda jasa juga harus dikembalikan kepada mindset pendidikan di Republik ini. Sebut saja kalau kita berbicara data mengenai tingkat kemampuan membaca pelajar di Asean. Laporan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 menyatakan bahwa Indonesia menempati posisi 6  dengan skor 359, di bawah Singapura dengan skor 543, Vietnam 462, Brunei Darussalam 429, Malaysia 388, Thailand 379. Hal tersebut menegaskan bahwa masih perlu adanya evaluasi di ranah pendidikan Indonesia, mengingat membaca adalah pintu masuk untuk memberikan hilirisasi kualitas pendidikan.

Saadet Deger dalam The Journal of Developing Areas (1985) merefleksikan temuaanya juga  bahwa kemajuan sebuah negara juga ditentukan oleh Human Development Index (HDI). Tingkat HDI ini salah satunya ditopang oleh tingkat literasi yang sejalan dengan perkembangan sebuah negara.


ETIKA PENDIDIKAN

 

Telah banyak kalangan mengemukakan bahwa pendidikan harus dikembalikan kepada khittoh-nya. Dasarnya yaitu membentuk etika yang merupakan bagian yang paling fundamental. Adapun yang lainnya, seperti life skill dan hard skill merupakan tambahan dari nilai-nilai pendidikan, maka bisa dibilang kalau orang belajar itu lebih kepada mendidik daripada mengajar. Alasan ini dikarenakan mendidik akan bisa mengendalikan seluruh rangkaian kolaborasi antara life skill dengan hard skill ditambah dengan nilai etika itu sendiri. Berbeda halnya dengan pola yang tidak sesuai dengan etika.

Pengamat Pendidikan dari UGM, Budi Santoso Wignyosukarto menyatakan bahwa:

"Lapangan kerja di luar pendidikan tinggi tidak banyak yang membutuhkan S3, sehingga semakin sempit lapangan kerjanya. Di Indonesia sendiri tidak banyak industri yang membutuhkan tenaga S3, misalnya untuk riset and development," Tuturnya, 26/01/2024. Kesimpulannya bahwa pendidikan dengan distribusinya harus bisa seimbang. Apabila bisa dilakukan, maka yang akan terjadi adalah kompatibilitas antara pendidikan dengan pengajaran juga melalui hilirisasinya yang kompatibel.

PENDIDIKAN YANG MENGUNTUNGKAN

 

Ungkapan dari Alm. Bob Sadino orang yang intinya mengatakan, "ngapain sekolah, toh!, yang tidak sekolah pun nanti akan jadi kaya". Banyak entrepreneur yang menjadi kaya, namun tidak sampai lulus sekolah. Fenomena ini menjadi problematis dikala Republik ini haus dengan pendidikan yang secara esensi dapat diterapkan. Di samping itu, mindset antara pendidikan dan menjadi menjadi miliarder itu dikait-kaitkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun