Mohon tunggu...
Ahmad afif
Ahmad afif Mohon Tunggu... Dosen - Afif

fleksibel adalah kunci kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Peran Tokoh Agama Masih Menjadi Penentu dalam Pemenangan Pemilu atau Tidak Lagi?

10 Februari 2024   10:11 Diperbarui: 10 Februari 2024   10:15 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERAN TOKOH AGAMA MASIH MENJADI PENENTU DALAM PEMENANGAN PEMILU ATAU TIDAK LAGI?

Tokoh Agama memiliki posisi yang sentral, karena mempunyai otoritas memimpin umat di agamanya masing-masing.

USTADZ DR. AHMAD AFIF, S.Pd, M.E.

Peran tokoh agama merupakan salah satu generator dalam mengembangkan dan menjaga agama secara utuh, baik di dalam tubuh organisasi maupun sosial kemasyarakatan, ataupun aspek lainnya. Kini, tokoh agama mempunyai sebuah otoritas yang sangat kompleks dan dinamis, hal ini dikarenakan pada Pemilu tahun 2024 konklusi pranata tokoh agama menjadi hal yang sangat urgen, dikarenakan ada tiga positioning yang diemban oleh para tokoh agama di pesta demokrasi 2024. 

Pertama, posisi memihak, kedua posisi netral. Posisi tokoh agama tidak diharapkan untuk menjadi yang ketiga yakni; golput, bahkan pada konklusinya para tokoh agama yang hadir dalam acara Forum Group Discussion (FDG) di Majelis Ulama Indonesia (MUI) tanggal 23 Desember 2023 menyatakan bahwa semua agama dan semua ideologi beragama yang diakui di Indonesia tidak menyarankan untuk golput, mengapa demikian? karena agraria tokoh agama dalam ruang lingkup ke tokohannya dan ruang sebagai objek merupakan hal yang paling esensi. Ketua MUI, Kyai Cholil juga mengutarakan bahwa "Tokoh Agama memiliki posisi yang sentral karena mempunyai otoritas memimpin umat di agamanya masing-masing", (23/12/2023).

Hal itu juga memicu sebuah konsep yang telah dikemukakan oleh para tokoh agama yaitu; harmonisasi beragama. Konsep agraria tokoh agama itu merupakan hal yang sangat tepat karena tanpa adanya tokoh agama, umat akan kebingungan mau bertanya kepada siapa mereka. Hal tersebut juga disampaikan oleh DR. Chandra dari agama Konghucu, bahwasanya di Konghucu dikenal dengan konsep berbakti kepada agama, sehingga memunculkan sebuah konsep untuk pesta demokrasi 2024 dengan narasi APIT yaitu Awasi, Pilih, Ikuti, dan Tagih. Selanjutnya, DR. Putu Sastra dari agama Hindu sekaligus Direktur di Lemhanas Republik Indonesia menyatakan bahwa global paradoks dan teori-teori yang telah dicetuskan oleh para ahli dalam buku itu menyatakan sebuah kasuistik yang sifatnya paradoks akan menemui titik temu yakni; kebenaran yang sifatnya hirarki di tengah masyarakat. Dalam kitab suci agama Hindu; Weda 12 145 tertulis" bekerjalah untuk tanah airmu, cintai negara seperti mencintai Tuhan".

Artinya bahwa tidak ada transition antara kecintaan manusia terhadap negaranya dengan kecintaan manusia terhadap Tuhannya. Hal ini senada dengan apa yang terjadi pada Pemilu 2024 ini, agama Hindu tetap berkomitmen bahwasanya memilih pemimpin itu wajib, karena apabila stakeholder atau tokoh agama tidak menganalisis kekuatan politiknya melalui kanal agama, maka yang terjadi adalah agama akan ditunggangi oleh kepentingan politik dan agama nanti akan dikesampingkan dari dinamika politik.

MUI.OR.ID
MUI.OR.ID

PEMILU 2024 DAN TOKOH AGAMA

Konfrontasi antara politik dan agama sesungguhnya tidak ada, karena di agama Islam; agama dan negara itu bagaikan sebuah mata koin yang satu nama dan satu bentuk, akan tetapi perbedaan itu tidak menyebabkan antara agama dan negara saling kontradiktif. Justru sebaliknya, agama dan negara serta politik merupakan satu kesatuan yang saling support. 

Selanjutnya, Kristen; Pendeta Jimmy  Sormin menyatakan bahwa tokoh agama itu harus berada di posisi Tengah dalam kontestasi politik pada tahun 2024. Di samping itu, anak muda perlu difokuskan karena generasi ini adalah generasi yang akan meng-enginer seluruh rangkaian situasi politik berikutnya. Apalagi di tahun 2045 , Indonesia diprediksi menjadi negara yang punya momentum emas atau golden era. 

Romo Paulus dari Kristen juga menyatakan bahwa netralitas menjadi screening kualitas agama dalam kontestasi 2024 ini. Oleh karenanya, hal ini juga tergambar dalam politik internasional, termasuk perang yang terjadi di Israel dan yang terjadi di Ukraina. Romo yang pernah berkunjung ke Gaza dan berkunjung ke  Moskow mendapatkan informasi dari otoritas setempat bahwa Rusia itu di pojokkan oleh NATO di perang di Ukraina selama  8 tahun yang lalu, perang tersebut juga telah dipersiapkan.  Sehingga ibarat laras panjang diarahkan ke muka seseorang semakin dekat lalu semakin dekat. Tidak ada pilihan bagi Rusia kecuali menyerang terlebih dahulu. Begitu juga Israel dan Palestina, Israel harus membumihanguskan Gaza karena dinamika politik internasional semakin tidak berpihak kepada Israel. Apalagi, Amerika sudah terkena isu resesi akibat Covid-19 yang paling parah sepanjang sejarah negara mereka.

Imperialisme seperti ini juga pernah ada pada zaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,  Raja Abrahah ketika pada masanya ingin menyaingi Ka'bah untuk membuat bangunan yang lebih besar, tetapi tidak ada yang mau memujanya. Bangsa Arab tetap pada kondisi dimana masyarakat Arab masih terpatri hatinya pada Ka'bah. 

Akhirnya, Raja Abrahah menyerang Ka'bah, tetapi Allah SWT menurunkan kuasanya dengan burung Ababil yang membawa bongkahan api dari neraka, sehingga Abrahah dengan tentaranya kalah. Oleh karenanya, tokoh agama mempunyai tanggung jawab moral sekaligus tanggung jawab yang paling esensi dalam mensyiarkan nilai-nilai keagamaan demi mensukseskan Pemilu 2024. Bukan berarti agama kontradiktif dengan politik. Akan tetapi sebaliknya, politik dengan agama itu  bagaikan mata koin yang beda sisi, namun satu bentuk. Apabila  agama tidak ditunggangi oleh kepentingan politik, maka akan terjadi sebuah harmonisasi antara politik dengan agama yang akan menciptakan negara baldatun toyyibatun wa robbun ghofur.

USTADZ DR. AHMAD AFIF, S.Pd, M.E.

WAKIL SEKRETARIS KOMISI UKHUWAH ISLAMIYAH, MUI PUSAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun