Mohon tunggu...
Steven Halim
Steven Halim Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gambar Penyakit pada Kemasan Rokok Diniliai Tidak Efektif, Pemerintah Gagal?

17 Mei 2017   15:42 Diperbarui: 17 Mei 2017   20:21 1591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Desain menurut KBBI adalah suatu bentuk atau rancangan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain sendiri saat ini sudah banyak diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan. Hampir semua benda yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan hasil desain orang lain. Desain tidak hanya diterapkan untuk memuaskan hasrat manusia saja, atau untuk memudahkan kehidupan manusia saja, namun desain juga dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan juga. Sebagai contoh adalah pembahasan kali ini yaitu desain digunakan sebagai media untuk memperingatkan konsumen terhadap bahaya rokok melalui desain kemasannya.

            Pada jaman ini rokok sudah merupakan kebutuhan yang tidak terlepaskan bagi kaum adam, meskipun banyak juga kaum hawa yang juga mengkonsumsi. Hampir di setiap sudut kota kita menjumpai orang-orang yang sedang merokok, seolah-olah rokok merupakan oksigen bagi mereka. Rokok merupakan sebuah lintingan kertas yang berisikan tembakau dan zat-zat adiktif lainnya yang disulut dengan api dan kemudian dihisap untuk dapat menikmatinya. Rokok dipercayai dapat menghilangkan stres bagi kebanyakan orang, tidak heran jika rokok banyak dikonsumsi para masyarakat. Namun rokok itu bersifat adiktif, yang mempunyai dampak buruk jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah perokok , salah satunya adalah dengan cara memberikan peringatan secara tertulis pada kemasan rokok tentang dampak-dampak yang ditimbulkan oleh rokok. Namun sepertinya pemerintah menilai upaya tersebut kurang efektif, lalu diganti lah peringatan bahaya merokok tersebut dengan gambar-gambar penyakit yang ditimbulkan oleh rokok tersebut.

            Desain kemasan rokok yang seperti demikin rupa pun ini telah menjadi perdebatan di masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak setuju dan beranggapan bahwa menambahkan gambar penyakit-penyakit tersebut tidak akan berpengaruh apa-apa, malah akan mengurangi nilai estetika pada kemasan rokok tersebut. Namun ada juga masyarakat yang acuh tak acuh terhadap desain tersebut, mereka menganggap bahwa apapun desain yang digunakan untuk kemasan rokok tidak akan mengurangi kecintaan mereka terhadap rokok.

Pemerintah sendiri sudah melakukan berbagai upaya meminimalisir penggunaan rokok di Indonesia, salah satunya yaitu dengan memberikan gambar peringatan tentang dampak merokok pada setiap bungkus rokok. Dengan adanya Peraturan Pemerintah tentang bahaya merokok tersebut, diharapkan angka perokok di Indonesia dapat berkurang. Terutama untuk pemula, dengan adanya gambar peringatan tentang bahaya merokok yang terdapat pada kemasan rokok, diharapkan akan mengurungkan niatnya untuk mencoba atau memulai merokok. Namun efektivitas gambar peringatan ini masih diragukan, mengingat masih banyaknya pengguna rokok di Indonesia yang angkanya juga tidak semakin menurun.

Gambar peringatan bahaya merokok yang tertera pada bungkus rokok bertujuan untuk menakuti perokok untuk berhenti merokok, namun malah membentuk persepsi ancaman terhadap kebebasan individual pada para penggunanya jika dibandingkan dengan teks saja. Menurut salah satu ahli, gambar ini malah membuat orang merasa marah bukannya takut dan merasa dibohongi, karena kenyataannya jauh berbeda dari yang di gambar.

Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai persepsi para narasumber (perokok) tentang gambar-gambar yang ada pada kemasan rokok. Persepi menurut KKBI merupakan gagasan atau tanggapan seseorang yang timbul karena panca inderanya. Pada pembahasan ini, yang diteliti adalah persepsi para narasumber mengenai gambar dampak rokok pada kemasan rokok. Sejauh ini gambar tentang penyakit yang ada pada kemasan rokok sudah diterbitkan pada Peraturan Pemerintah No.109/2014 tentang pencantuman gambar bahaya merokok yang ditujukan kepada produsen rokok. Ada 8 gambar yang digunakan pada kemasan rokok tersebut yang bisa terbilang menjijikkan, gambar-gambar berikut meliputi gambar kanker paru-paru, kanker tenggorokan dan mulut, juga ada gambar seseorang yang sedang menggendong bayi yang artinya merokok berbahaya bagi anak, juga ada ilustrasi gambar orang merokok diikuti dengan kata-kata “merokok membunuhmu”.

Para narasumber yang telah diwawancarai untuk diambil data adalah mayoritas mahasiswa, mereka menanggapi bahwa gambar-gambar pada kemasan rokok tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap kegiatan merokok mereka sehari-hari. Mereka mempunyai persepsi bahwa kemasan rokok yang sekarang kurang efektif dalam mengurangi jumlah perokok, karena mereka menganggap bahwa gambar-gambar penyakit tersebut sebenarnya dilebih-lebihkan dari yang sebenarnya. Ada juga yang mengklaim bahwa mereka tidak terganggu dengan gambar tersebut karena itu hanya merupakan sebuah kemasan, sedangkan yang mereka konsumsi adalah rokoknya.

Asap rokok mengandung kurang lebih 7000 zat kimia yang berbahaya bagi tubuh dan berdampak sangat destruktif bagi tubuh dalam jangka panjang. Namun para pengguna rokok sepertinya kurang mengetahui tentang dampak berbahaya ini bagi tubuh mereka, terbukti dari jawaban mereka ketika ditanya tentang dampak rokok . Kebanyakan dari mereka menjawab tidak terlalu tahu dan menganggap gambar yang ada pada kemasan itu hanya dilebih-lebihkan saja. Ada yang juga beranggapan bahwa dampak-dampak rokok tersebut muncul jika mereka sudah tua saja.

Desain kemasan rokok yang demikian bahkan juga tidak mempengaruhi jumlah rokok yang dikonsumsi masyarakat. Dari hasil wawancara beberapa narasumber menuturkan bahwa jumlah batang rokok yang mereka konsumsi sebelum dan sesudah adanya gambar tersebut masih tetap sama, yaitu sekitar 1 bungkus sehari. Di sini kita dapat menyimpulkan bahwa usaha pemerintah untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia melalui desain kemasannya yang demikian nyaris tidak berbuah sama sekali atau bahkan gagal. Para perokok sama sekali tidak terganggu ataupun jijik terhadap gambar-gambar tersebut, bahkan beberapa malah merasa marah dengan desainnya yang seperti itu, mereka menganggap bahwa pemerintah telah berusaha mencampuri hak pribadi mereka, dan itu malah tidak meyurutkan niat mereka untuk mengurangi jumlah rokok yang mereka konsumsi atau bahkan berhenti.

Sikap dari masyarakat yang apatis terhadap dampak rokok ini disebabkan oleh pengetahuan mereka akan rokok yang kurang. Mereka hanya tahu rokok sebagai alat penghilang stress atau alat untuk menaikkan status sosial saja, namun mereka tidak mengetahui dampak yang ditimbulkan jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Juga kemungkinan penyebab sikap apatis yang timbul ini juga karena penyakit yang tergambar di bungkus rokok ini hanya terjadi ke sebagian kecil para perokok saja, sehingga para perokok lainnya yang tidak melihat sendiri dampak rokok tersebut akan menganggap gambar tersebut hanya ilustrasi yang dilebih-lebihkan semata. Hal ini dapat dipengaruhi juga oleh daya tahan tubuh seseorang yang berbeda-beda. Orang dengan daya tahan tubuh lemah akan lebih mudah terserang penyakit, terutama pada usia senja.

Dampak rokok ini kebanyakan baru terjadi pada seorang perokok ketika dia sudah memasuki usia senja. Dikarenakan pada usia senja daya tahan tubuh manusia akan menurun, tidak seperti waktu muda. Inilah mengapa penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh rokok kebanyakan terjadi ketika mereka sudah tua. Pola pikir ini juga lah yang membuat para pecandu rokok sulit untuk meninggalkan rokok. Mereka berpikir bahwa mereka masih muda, hari tua masih jauh sehingga dampak rokok tidak mungkin meyerang mereka pada waktu itu. Dapat disimpulkan bahwa para perokok akan sangat sulit untuk menghentikan kebiasaannya jika mereka sudah kecanduan rokok itu sendiri. Banyak cara lainnya untuk menghentikan kebiasaan merokok ini, kita dapat berkonsultasi dengan dokter yang bersangkutan, menjalankan terapi, atau bahkan meminta bantuan dari orang-orang sekitar untuk membantu kita berhenti merokok. Tetapi itu semua akan sulit untuk menghilangkan kecanduan seseorang terhadap rokok, apalagi hanya dengan sebuah gambar pada kemasan rokok. Hanya niat dari diri sendiri lah yang dapat menghentikan kebiasaan merokok tersebut, tetapi akan sangat sulit jika tidak ada kemauan yang kuat.

Menurut pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian gambar-gambar penyakit pada desain kemasan rokok tidak efisien dalam mengurangi jumlah perokok di Indonesia.Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat edukasi di Indonesia yang masih rendah, mereka tidak terlalu mengetahui tentang dampak rokok secara detail sehingga mereka mengganggap gambar-gambar tersebut hanyak rekayasa semata dan angin lalu. Menurut para narasumber tentang cara yang lebih efektif untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia adalah dengan menaikkan harga rokok setinggi-tingginya seperti di luar negeri. Atau juga dengan merombak desain kemasan rokok menjadi lebih kecil, sehingga jumlah rokoknya pun juga menjadi lebih sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun