Mohon tunggu...
Steven P
Steven P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bapa Angkasa, Ibu Pertiwi

Penyanjung Semesta

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Peduli Anak? Filter Konten Yuk

6 Februari 2023   10:08 Diperbarui: 6 Februari 2023   10:48 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Sulit untuk dipungkiri perkembangan teknologi saat ini telah berhasil menembus sendi-sendi kehidupan pada berbagai lapisan masyarakat. Persaingan ketat antar industri teknologi menjadi manifestasi akan kemudahan yang didapat dalam menelurkan suatu ide inovatif, kreatif dan bernilai ekonomi. 

Sebut saja contoh sederhana yang terlihat pada perkembangan kemajuan platform media sosial yang seakan saling merebut pasar masing-masing dengan berbagai fitur yang terus dikembangkan didalam aplikasinya.

Awal mula media sosial diceritakan bermula dari pemanfaatannya sebagai jembatan antara pencari kerja & pemberi kerja yang terjadi di negeri Paman Sam. Saat ini media sosial telah menjadi suatu fenomena khusus yang tanpa disadari telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. 

Berbagai ragam sosial media yang hadir seakan memberikan suatu keunikan khusus yang menjadi pembeda, sebut saja ada media sosial yang berfokus kepada dunia profesi, media sosial yang berfokus pada produksi video bersifat distribusi informasi hingga sosial media yang khusus untuk sekedar menampilkan figur-figur tertentu sekedar berkata-kata & menjawab pertanyaan audience yang hadir diruang live. 

Ragam sosial media yang hadir ditengah masyarakat ini tentunya menimbulkan suatu fenomena yang mengikuti yakni kecenderungan para audience menempatkan komunikator sebagai role model atau panutan dalam kehidupan. Seperti pepatah ekonomi yang menyatakan "everything has it's own market" menguatkan fenomena yang terjadi pada lingkup sosial media. 

Banyaknya konten yang beredar tidak disertai dengan standard kualitas baik dari sisi moral maupun formal (edukatif, fakta, diikuti dengan bukti-bukti ilmiah) menjadikan masyarakat hanya sebagai pasar konten yang tingkat pengetahuan dan penerimaannya seakan menjadi bahan pertaruhan yang menuntut kesadaran dan mawas diri yang tinggi dalam mengkonsumsi konten-konten yang diedarkan.

Perubahan signifikan yang terjadi akibat dampak konten sosial media terlihat pada audience dengan rentang usia dini yang berkecenderungan sulit membedakan & menyaring nilai daripada suatu konten yang tidak memiliki standard kualitas yang positif. Penulis mengambil contoh dari salah satu hasil pengamatan atas beberapa orang anak yang terpapar jargon "lu mati gw party coy". 

Respon orangtua yang menertawakan konten tersebut menjadi faktor pendukung anak-anak yang menilai bahwa jargon yang diangkat memiliki nilai positif, sampai pada akhirnya terjadi suatu moment dimana salah seorang anak perempuan mengatakan jargon "lu mati gw party coy" diikuti dengan gerakan goyang bento kepada kakeknya yang sudah memiliki riwayat penyakit kronis. 

Pada titik tersebut, penulis mencoba memberi pemahaman kepada orangtua sang anak bahwa konten yang beredar dimedia sosial perlu banyak ditelaah sebelum bisa diterima terlebih dibagikan khususnya kepada anak-anak.

Penulis sebagai seorang mahasiswa, orangtua, sekaligus praktisi komunikasi yang masih dalam tahapan belajar melihat bahwa fenomena yang mengancam kemampuan berpikir anak-anak hanya dapat dicounter dengan cara edukasi dalam lingkungan keluarga, sekaligus penyesuaian volume produksi konten berbobot yang bertujuan untuk terus menghadirkan konten-konten menarik yang edukatif namun tidak membosankan bagi anak-anak kita. 

Harapan kedepannya dengan kesadaran para praktisi komunikasi lain khususnya yang sudah lebih senior & berkaliber, Indonesia akan berada pada fase produksi konten positif yang seimbang bahkan melebihi konten yang tidak memiliki standard kualitas.

Singkat cerita penulisan ini merupakan bagian dari pemenuhan tugas kuliah Literasi Media Digital dari Universitas Siber Asia yang memiliki perhatian & kepedulian khusus kepada anak-anak generasi selanjutnya yang akan meneruskan kehidupan kita kedepannya.

Salam,

Peduli Anak Filter Kontennya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun