SURAT KECIL DI NEGERI ORANG
Oleh: Fr. Steven Saunoah
Tentang kisah malam kemarin, perjumpaan itu tak pernah kusangka,
seumpama selembar daun yang layu diterpa angin tanpa diminta, dihujat sebagai fasik oleh yang munafik dengan sengaja, hingga aku jatuh di negeri orang.
Dan kisahku dimulai saat kau kasihani aku di tengah endapan lara fana.
"Kali ini mungkin kita adalah sebuah perjumpaan. Kau menjadikan kita 'ada' dalam ketiadaan, dan ketiadaan itu adalah aku," rintihku pada malam.
Namanya adalah kisah sederhana. Kisah itu begitu mudah diceritakan. Secangkir senyuman kau suguhkan tatkala matahari terbit, dan sebatang sigaru*Â menjadi teman sebuah cerita. Butuh waktu lama untuk berbagi luka antara dua tokoh utama: 'waktu' dan 'aku'. Waktu bercerita tentang derita orang-orang kalah yang inginkan perdamaian. Dan aku menjadi tokoh kedua yang hanya termenung sembari berdoa.
Namanya adalah kisah sederhana. Kata-kata tak mampu mengungkapnya. Barisan luka pun hanya terpaku. "apa yang harus kuperbuat?"
Masih tentang kisah sederhana. Kali ini aku terpaksa menenun senja di Aerpoto Palaban*Â bersama bayang dan kenangan tentang cinta, aku menulis sepucuk surat: ada kisah orang-orang hebat di Negeri sebrang. Senja pun tersenyum. "Masih ada cerita indah di lain waktu", bisik senja padaku. "Obrigado barak," balasku diselingi tinta air mata.
Palaban, 17/09/23
NB:
*Sigaru merupakan bahasa Timor Leste untuk kata rokok.
*Airporto Palaban adalah sebuah bandara Internasional Oe-Cusse di Timor Leste. Palaban merupakan salah satu wilayah di Oe-Cusse.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H