Sekujur tubuhku lemah,
lesuh tak berdarah.
Jari-jemari detik tergeletak
Tak sadarkan diri: mungkin sedang retak
Dimakan malam, semakin suntuk.
Sesaat setelah itu,
doa-doa kuserahkan di malam kelabu,
malam sabtu.
"Kita adalah Adam dan Hawa,
namun tidak dengan buahnya."
Setelah itu kuselipkan rindu pada angin
Tanpa tahu ke mana dia berjalan.
mungkin ke Selatan,
mungkin juga tertahan rindu
di jalanan berbatu.
"Sudahi ratapmu, ijinkanlah aku menjejaki tiap lelahmu,
yang kau simpan rapi di lemari kosongmu.
Kelak kau akan sadar,
bahwa yang tulus tak akan menghindar".
Penfui, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H