Hanya engkaulah yang mengerti gigil ombak
Ketika tubuhku kembali diterpa
Angin laut di pantaimu
Bersama asin cuaca
Mengerling mata purnama kedua.
Aliran waktu yang mengalir dalam darahmu
Bercampur dengan genangan air mataku.
Caraku mencintamu seperti ombak
Yang terus-menerus menerpa dinding karang,
Begitulah caraku yang selalu memperjuangkanmu.
Melodi indah desiran ombak
Bernyanyi merdu mengelabui hujan.
Sudut Penfui, 01/012/23