Mohon tunggu...
Ws Gulo
Ws Gulo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menyalurkan emosi dengan menulis diiringi alunan musik piano adalah salah satu kebahagiaan sederhana bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Memperkuat Kolaborasi Ayah dan Ibu dalam Membentuk Moral Anak

2 April 2014   23:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13964301601093932142

[caption id="attachment_318189" align="aligncenter" width="300" caption="http://www.telegraph.co.uk"][/caption]

Moral adalah salah satu dasar membentuk seseorang untuk menjadi manusia yang berkarakter dan berakhlak dan hidup dengan sikap yang benar di tengah-tengah masyarakat yang merupakan tempat untuk mengimplementasikan nilai-nilai moral itu sendiri. Nilai moral yang baik juga ikut andil membentuk seseorang untuk berpikir, berkata-kata dan bertindak positif. Sehingga dalam bersosial mengedepankan hal-hal yang tidak merugikan orang lain dan lingkungannya. Lalu apa jadinya jika dalam diri seseorang (terutama seorang anak yang sedang tumbuh menuju dewasa) gagal ditanamkan nilai-nilai moral yang benar? Tentu dampaknya akan sangat buruk dan merugikan banyak pihak.

Saya tertarik memperhatikan anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) akhir-akhir ini. Karena saya percaya bahwa di level inilah anak-anak seharusnya sudah dididik dan ditanamkan nilai-nilai moral. Sebenarnya saya bukan pemerhati anak-anak secara khusus, namum tergugah untuk sedikit memperhatikannya ketika beberapa minggu yang lalu saya dengan tidak sengaja pulang bersama dengan anak-anak SMP yang baru pulang dari sekolah. Dan betapa kagetnya saya ketika sepanjang jalan anak-anak ini bukan berbicara tentang masalah sekolah tapi dengan suara nyaring malah mengeluarkan kata-kata makian dan kata-kata kotor. Tidak hanya anak laki-laki saja, namun beberapa anak perempuan juga melakukan hal yang sama. Dan tidak peduli bahwa mereka sedang berada di jalan umum yang ramai.

Di lingkungan saya tinggal juga hampir demikian adanya. Anak-anak yang masih duduk di bangku-bangku Sekolah Dasar (SD) sudah tak canggung-canggung mengucapkan kata-kata kotor dan kata-kata makian. Dan tidak lagi bersikap seperti anak-anak yang masih polos dan lugu. Lalu muncul pertanyaan besar dalam otak saya. Apa yang terjadi dengan anak-anak ini? Tidakkah nilai-nilai moral diajarkan oleh orang tua di rumah dan guru di sekolah?

Dalam perenungan saya yang panjang, saya akhirnya menyimpulkan beberapa penyebab mengapa anak-anak sekarang lebih agresif bertindak dalam segala hal tanpa memperhatikan nilai-nilai kesopanan (tentu ini berhubungan dengan nilai-nilai moral) seperti yang berikut ini:

berkurangnya peran orang tua yang merupakan sentral dalam mendidik anak dan menanamkan nilai-nilai moral karena disibukkan oleh berbagai hal, terutama pekerjaan,

tidak efektifnya guru dalam memerankan perannya yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan tapi juga sebagai elemen yang bertanggung jawab dalam menanamkan moral kepada anak sejak dini,

arus perkembangan teknologi dan informasi juga telah mempengaruhi anak-anak untuk bertindak di luar nilai-nilai moral yang ada,

salahnya anak dalam memilih lingkungan dan komunitas bergaul dan tentu itu kembali kepada orang tua yang kurang perhatian dalam mengawasi anak-anak ketika memilih lingkungan dan komunitas tersebut,

kurang ditanamkannya nilai-nilai agama kepada anak-anak

Dan masih banyak faktor-faktor yang lain, namun intinya ada pada beberapa poin di atas.

Dari beberapa poin di atas, secara pribadi (mungkin semua orang juga mengaminkan hal yang sama) saya sangat setuju bahwa kedua orang tua (ayah dan ibu) adalah sentral perkembangan anak dari awal. Ayah dan ibu adalah dua pribadi yang berbeda dalam membentuk moral anak dari kecil dan itu tidak dipungkiri lagi. Ayah dan ibu mungkin punya peran yang berbeda tapi tujuannya sama, yaitu membentuk anak lebih bermoral. Ayah dan ibu lah yang menentukan dimana sang anak harus bergaul, di komunitas mana anak dapat bergabung, di tempat mana anak memperoleh pendidikan dan masih banyak hal lain. Dan sejatinya dari kecil hal itu dipahami oleh orang tua.

Di zaman yang semakin maju dan super sibuk ini, peran dan kolaborasi ayah dan ibu dalam membentuk moral anak semakin berkurang (atau mungkin dari dulu-dulu). Kita melihat banyak sekali contohnya, di saat ibu berkata tidak baik mengucapkan kata-kata kotor namun di saat yang lain ayah malah mengumbar makian di rumah, entah karena apa penyebabnya. Ini masih hanya satu contoh kecil. Ini bukan kolaborasi namanya, sehingga si anak justru semakin bingung. Ibu mengatakan tidak baik mengucapkan kata-kata kotor, tapi ayah malah mengumbarnya. Ayah bilang menggosip itu tidak baik, tapi ibu melakukannya.

Jadi mendidik anak dari awal itu memang bukan perkara mudah dan tidak boleh dilakukan oleh satu pihak. Namun kedua orang tua (ayah dan ibu) sama-sama berkolaborasi sehingga menghasilkan melodi yang indah bagi sang anak yaitu moral yang baik. Bahkan sesibuk-sibuknya orang tua (ayah dan ibu) harus memberikan waktunya untuk memantau perkembangan sang anak. Pekerjaan memang penting, tapi apa artinya semua itu jika anak kelak tumbuh sebagai anak yang tidak bermoral. Toh semua orang tua berjerih payah juga untuk membuat masa depan anak lebih baik. Tapi apa artinya semua kebutuhan materil anak terpenuhi namun moral sang anak tidak dibentuk dengan baik dari awal.

Artinya adalah ayah dan ibu adalah kolaborasi yang sempurna dalam membuat anak menjadi seorang pribadi yang bermoral dan itu dilakukan dari kecil. Sungguh mengagetkan sekali sekarang ini, ada banyak anak yang jauh dari moral yang baik. Tidak menjaga omongan, tidak mengerti apa itu tengga rasa, kepedulian dan lain sebagainya. Semua itu tentunya bisa diatasi jika ayah dan ibu berkolaborasi dengan baik dalam mendidik anak. Tidak hanya ayah atau ibu, tapi kedua-duanya menjalankan peran masing-masing dalam mendidik anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun