Mohon tunggu...
Steven Sitohang
Steven Sitohang Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Sekarang sedang aktif di sebuah firma di Jakarta untuk tugas ke luar kota (Palembang-Kayu Agung-Jakarta).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Meja Yang 'Tak Hijau

18 Oktober 2014   08:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:35 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tersebar luas frasa berwujud kalimat

Bersetubuh diksi nan bermutu tinggi

Dengan liur, sisi gulita menyelinap

Menyulap hakiki menjadi fiksi

......................................................

Memperkosa terang dengan hebat

Bercampur dalam argumentasi

Segala cingcong dari kerongkongan

Segala bergumul dalam satu ruangan

..........................................................

Dalam ruangan satu asa digantungi

Seperangkat timbangan diejek, dinistai

Tiap masa depan 'kan dapat tersembelih

Satu sisi mungkin saja jadi erangan mati

...............................................................

Lembutnya bahasa dalil sulit dipahami

Kupasan ahli amat jemu, sungguh palsu

Mahalnya harga 'tuk mengerti

Kenapa takdir diserahkan ketukkan palu?

................................................................

Palu yang menyerupai kilat petir

Mengejuti angkasa suasana hati

Paku terkutuk menusuk dengan mahir

Meludah, menghina, dan mentertawai

..........................................................

Tuntutan hak dan rasa, sengaja dituli'kan

Suara hati dengan sendiri terkandangi

Kebuasan melarikan diri dari kuburan

Setan-setan hukum menggentayangi

...........................................................

Warna hitam gelap menghiasi

Segala isi meja hijau yang maha suci

Hanya sebelah mata yang ditutupi

Dewi Themis pun dikangkangi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun