Semakin banyak orang mengembangkan apa yang disebut oleh CDCTrusted Source e-rokok atau produk vaping terkait cedera paru-paru, atau EVALI. Pada awal November 2019, Sumber CDCTrusted telah mencatat lebih dari 2.000 kasus EVALI dan 39 kematian.
Sebagian besar telah dikaitkan dengan produk ganja yang mengandung zat yang disebut THC, tetapi CDC memperingatkan kemungkinan nikotin juga menjadi faktor yang belum dapat dikesampingkan.
Efek samping lainnya
Bahkan jika Anda tidak mengalami efek samping serius yang membuat Anda masuk rumah sakit, Anda mungkin mengalami iritasi tenggorokan dan mulut. Batuk mual juga merupakan efek samping umum dari penggunaan alat Upods atau jenis e-rokok lainnya.
Efek jangka panjang tidak dikenal
Perangkat Vaping masih merupakan produk yang cukup baru, sehingga mungkin ada efek samping jangka panjang yang belum kita ketahui. Para peneliti saat ini sedang mencari tahu apakah ada efek negatif jangka panjang dari vaping.
Banyak ahli mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian. Tidak cukup waktu berlalu untuk mengumpulkan jenis informasi yang diperlukan untuk membuat penilaian yang kuat tentang dampak jangka panjang pada kesehatan orang yang melakukan vape atau mereka yang terpapar uap.
Untuk saat ini, hubungan antara menggunakan Upods atau perangkat vaping lainnya dan mengembangkan kanker masih belum jelas. Namun, American Cancer Society tidak mencatat e-cigs memang mengandung beberapa bahan kimia penyebab kanker dalam konsentrasi yang lebih rendah daripada rokok tradisional (antaranews.com).
Sebuah studi baru menemukan bukti bahwa asap rokok elektronik menyebabkan kerusakan DNA di paru-paru dan kandung kemih tikus, yang dapat menyebabkan perkembangan kanker. Namun, penelitian ini kecil dan terbatas pada hewan laboratorium. Dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengungkap fakta yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H