Mohon tunggu...
Steve Toh
Steve Toh Mohon Tunggu... Insinyur - Blogger dan Youtuber

Blogger dan Youtuber tentang Travel, Filosofi, Sastra, Kebudayaan , Agama

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Dari Sikayu ke Taman Kusir

18 Juli 2023   10:22 Diperbarui: 18 Juli 2023   10:25 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini novel pertama saya, silahkan membaca:

BAB 1  Kepergian Aku   

Begitu kulihat pintu agak terbuka dalam sekelebat aku berlari keluar. Kuturuni tangga dari lantai dua ke lantai satu yang langsung menuju halaman. Halaman itu berumput tebal, dengan pagar yang tak terlalu tinggi yang dengan mudah kupanjati dan aku terus terjun keluar. Alangkah leluasanya rasanya berada di luar, aku dengan girang berlari di trotoar jalan tanpa menengok kanan kiri, aku hanya ingin menghirup segarnya udara luar yang masih pagi ini. Kulintasi ayam-ayam yang berkotek-kotek panik ketika aku lewati. Terus aku berlari, melewati penjual rokok, kedai bakso dan tempat parkir motor. Untung tidak ada yang menghalangi.

Aku memang selalu menunggu kesempatan seperti ini untuk ngabur ke luar. Alasannya sih mencari udara segar, tapi sebenarnya aku rindu sama si Lu Lu. Dia itu piaraannya sang Youtuber yang ngetop se-antero nusantara yang rumahnya terletak beberapa jalanan dari sini. Iya, namanya Lu Lu. Dengan tak sabar aku terus berlari, kulewati klinik dokter hewan, mudah-mudahan dia tidak memergoki aku dan mengenali aku, janganlah, bisa panjang ceritanya kalau kepergok. Tak kusadari kadang-kadang ada mobil lewat di sebelah aku berlari, hampir menyerempet aku. Yang lebih gawat adalah sepeda motor ojek online, atau lebih dikenal sebagai ojol, yang meluncur dari belakang ataupun depan. Kadang-kadang naik trotoar mengusik para pejalan kaki dengan membunyikan klaksonnya yang nyaring. Berisik, mengganggu ketenangan alam pagi itu.

Tak terasa napasku mulai ngos-ngosan, rupanya cukup lama aku berlari. Di hadapanku kemudian kulihat pagar rumah Lu Lu yang abu-abu. Pagar dinding yang sangat tinggi itu menutupi rumahnya sehingga tidak kelihatan apa pun bagian tampak muka rumahnya. Aku sudah biasa memanjati pagar tinggi rumah seperti itu, jadi dengan mudah aku panjati pagar itu. Dari atas pagar kuamati dulu halaman rumahnya, biasanya se-pagi ini Lu Lu duduk berjemur di halaman dengan santai. Betul saja, Lu Lu sedang terkantuk-kantuk di halaman duduk di atas sebuah bantal empuk. Lalu aku meluncur turun dan mengendap-endap mendekati Lu Lu tanpa bersuara agar tidak membangunkannya. Lu Lu tampak semakin imut-imut walaupun kelihatan tambah gemuk. Mungkin karena hidupnya terus dimanja di sini, segala macam camilan boleh dilahapnya. Rambutnya halus hitam mengkilap seperti baru dicuci di salon. Ku dekati dia dan kuendus-endus aromanya. Wangi, bau sabun dari salon yang mahal. Ingin aku mengelus-elusnya tapi aku takut membangunkannya. Selanjutnya.... ikuti di Gramedia https://www.gwp.id/chapter/134120/211203/bab-1-kepergian-aku.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun