Mohon tunggu...
stevenson sitinjak
stevenson sitinjak Mohon Tunggu... -

Tidak Suka basa basi- apa adanya saja

Selanjutnya

Tutup

Money

Habis Gelap...Kenapa Gelap Lagi!

9 April 2014   03:03 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:53 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JUDUL

Mungkin istilah ini agak sedikit berbeda dengan judul buku kumpulan surat yang ditulis oleh R. A Kartini yang dibukukan oleh  J. H Abendanon dengan judul Door DuisternisTot Licht yang arti harafiahnya “ Dari Kegelapan menuju Cahaya”. Tapi harapannya akan seperti itu..menuju cahaya.

Topik ini sebagai opini kondisi kelistrikan dibeberapa daerah dengan seringnya terjadinya pemadaman listrik .Pemadaman bergilir, menyebabkan habis gelap daerah yang lain kena imbas gelap lagi.

Mungkin kita bisa membayangkan jika kota Jakarta ini gelap gulita? dan berlangsung bukan hanya satu atau dua jam dalam 1 hari pada periode tertentu dan sering dan kejadiannya berlangsung bukan bulanan lagi.. tapi tahunan. ”Bukan karena program “ EARTH HOUR” yang akhir-akhir ini lagi booming..tapi karena suply energi yang tidak cukup untuk memberi penerangan alias “LISTRIK”.. apa yang akan terjadi ??Pasti akan banyak terjadi kebingungan, mulai dari lalulintas yang crowded (lampu lalulintas padam), gedung apartemen harus siapkan solar untuk genset, anak-anak sekolah harus belajar dikegelapan, mengganggu pelayanan publik seperti rumah sakit yang sangat vital, termasuk Industri-industri baik kecil, menengah maupun besar.  Bahkan potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi bisa terhambat. Protes dari semua kalangan pasti datang bertubi-tubi, baik dari kalangan ekonomi kecil, menegah sampai kalangan atas..karena ini merupakan kebutuhan mayor  (utama) di era modern ini.

Krisis listrik ini bukan hanya wacana lagi tapi sudah terjadi, kita ambil contoh daerah sumatera utara, yang kerap muncul di pemberitaan-pemberitaan hangat  karena seringnya terjadi pemadaman.  “Krisis Listrik  di kota medan dan Sumatera Utara” menjadikan gelap di negeri lumbung energi. Apapun alasannya rakyat pasti akan geram dengan situasi seperti ini, karena hal ini bukan hitungan bulanan lagi tapi sudah menahun. Tidak menampik kalau pemerintah jadi sasaran empuk dengan kejadian ini, bagaimana peranannya dalam percepatan pembangunan infrastruktur energi yang tidak sebanding dengan pertumbuhan konsumen listrik. Hal ini menggilitik, bahkan menjadikan kota terbesar nomor 3 di Indonesia (MEDAN) sering gelap gulita adalah pemandangan biasa...Bahkan kalau kita “ GOOGLING “ dengan kata “Krisis Listrik”  langsung akan menghiasi tampilan layar gadget kita dengan cepat..Bahkan sekarang pemerintah juga memprediksi akan terjadi  krisis yang sama di pulau jawa kalau tidak diantisipasi dengan pertambahan infrastruktur kelistrikan.

PLN mencatat bahwa pertumbuhan konsumsi listrik di wilayah sumatera bagian utara mencapai 10%-11% termasuk pertumbuhan tertinggi diIndonesia (http://bisnis.liputan6.com/read/2022868/konsumsi-listrik-sumut-dan-aceh-naik-paling-tinggi-di-ri) .Dan daerah yang lain juga pastinya mengalami pertumbuhan yang signifikan “Indonesia gitu loh”.. Tentunya hal ini pasti akan terus bertumbuh seiring pertumbuhan industri maupun kebutuhan rumah tangga. Tentunya hal seperti ini  pemerintah lebih mengerti sistem antispasi dengan percepatan pembangunan infrastruktur kelistrikan di seluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia. Jika antisipasinya terlambat pastinya akan menjadi pekerjaan tambah dan pemenuhan kebutuhan konsumen sulit terkejar oleh penambahan infrastruktur kelistrikan yang terlambat dan minim. Jika tidak diantisipasi dampaknya akan membuat maslaah-masalah baru seperti diutarakan diatas,  industri juga akan gulung tikar dan terjadinya perlambatan ekonomi.

Diungkapkan oleh presiden dalam rapat terbatas bahwa kebutuhan listrik di sumut sebesar 1800 MW dan yang baru bisa disupply 1600 MW (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/02/1141081/SBY.Gelar.Ratas.soal.Bandara.Ahmad.Yani.dan.Listrik.di.Sumut) berarti dalam hal ini defisit 200 MW, belum lagi kalau bermasalah dan adanya maintainance tentunya harus butuh cadangan pasokan untuk menjaga keberlangsungan listrik yang stabil.

Kenyataan ini tentunya bukan saja tejadi di daerah sumut saja yang digambarkan dalam contoh,  bahakan daerah terkaya di indonesia  yang pernah saya singgahi (kutaikartanegara) di Kalimantan Timur, masih ada juga daerah yang belum dialiri oleh listrik negara per 2013 tapi dialiri dari bantuan perusahaan setempat.bahkan samarinda sebagai ibukota juga sering padam (Padahal kalimantan timur gudangnya migas danbatubara).

Bahkan daerah lain juga ada yang lebih memilukan lagi karena tidak dialiri oleh listrik, termasuk daerah-daerah perbatasan. Sebagai bangsa yang kaya dengan sumber daya yang melimpah tentunya hal ini bisa dimanfaatkan dengan efektif, seperti , pembangunan tol listrik, pembangunan percepatan pipa transmisi & terminal gas untuk menyalurkan gas ke daerah yang membutuhkan untuk pembangkit listrik ataupun industri-industri, dan lain sebagainya,  setidaknya kita sudah bisa sama dengan negara-negara berkembang lainnya di Asean. Panas bumi, Gas, minyak bumi dan batubara yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi krisis nergi listrik di negeri ini harusnya tidak berlarut- larut. Harusnya posisi kita sudah berbeda jauh dengan kondisi di zaman batu. Kita juga tentunya tidak mau disamakan, namun kenyataannya kegelapan masih melanda.

KRISIS LISTRIK, TOPIK SEXY

Untuk pemerintah dan para anggota dewan yang terhormat nantinya yang duduk mewakili rakyat, kiranya tidak menjadikan krisis listrik sebagai topik yang sexy saja pada saat kampanye politik dalam memuluskan langkahnya pada saat kampanye, tetapi kiranya menjadi jeritan hati  pribadi maupun rakyat dalam memotivasi membangun bangsa dan negara yang lebih maju, bermartabat. Karena rakyat sudah jenuh dengan terlalu banyak teori-teori kesuksesan dan kemakmuran dengan aplikasi yang belum sesuai dengan harapan. ini menjadi cerminan kondisi bangsa kita yang masih jauh dari ekspektasi masyarakat.

Kita bisa lihat banyak juga pada saat terpilih menjadi anggota dewan yang terhormat,  di DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) masih banyak juga yang absen alias tidak hadir. Bagaimana mungkin bisa memperbaiki kondisi bangsa ini kalau anggota yang terhormat masih banyak yang bolos dan tidak mengikuti agenda-agenda negara untuk kepentingan bangsa.

So, apa kata dunia?

HABIS GELAP JANGAN GELAP LAGI

Semoga dengan langkah-langkah dan kebijakan pemerintah yang terbaru, tidak ada lagi istilah di suatu daerah habis gelap, gelap lagi karena pemadaman yang dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 1 (satu ) hari. Sudah saatnya seluruh rakyat indonesia merasakan manfaat kebesaran dan kekayaan Indonesia ini. Semoga Terang dari PLN bisa menerangi seluruh daerah di Indonesia..Semoga langkah-langkah yang diambil pemeritah sekarang untuk membangun infrastruktur  bisa diselesaikan sampai akhir masa pemerintahan yang tinggal hitungan bulan..tetap punya harapan, dan berfikir positif.. Jaya Indonesia

[caption id="attachment_330837" align="aligncenter" width="512" caption="ilustrasi Menulis di Kegelapan dengan Laptop"][/caption]

Stevenson Sitinjak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun