Apa jadinya jika tas rajut noken khas Papua pertama kali diperkenalkan oleh orang-orang Eropa kepada orang Papua?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Misionaris di artikan sebagai orang yang melakukan pewartaan Injil kepada kelompok atau etnis tertentu yang sama sekali belum mengenal Kristus. Tujuan dari misionaris sendiri ialah untuk mengundang orang secara suka rela bertobat, dan di baptis hingga menjadi bagian dari gereja dan beriman kepada Kristus Sang Juru selamat.
Noken sendiri adalah tas tradisional yang dari dahulu menjadi salah satu tanda budaya yang di miliki oleh orang papua. Saya sendiri sangat gemar memakai Noken, semenjak di bangku sekolah menengah pertama, saya sudah sering menggunakan noken.Â
Sebagai mana seperti tas pada umunya, saya mengunakan noken untuk menaruh benda yang biasa saya bawah atau gunakan sehari-hari seperti handphone, topi, kacamata, dll.Â
Noken sendiri memiliki fungsi yang bermacam-macam adapun noken yang digunakan sebagai wadah untuk membawah hasil berkebun, hal tersebut terbiasa dilakukan oleh orang-orang Papua yang mendiami daerah pegunungan. Noken sendiri memiliki hari perayaan yang resmi di akui oleh UNESCO sebagai budaya tak benda, pada tanggal 4 Desember, diperingati sebagai hari Noken sedunia.
Dalam menyimak peranan misionaris di tanah Papua, kita harus bisa menelaah kembali sejarah yang dahulu terjadi.Â
Beberapa asumsi mengatakan bahwa noken memiliki referensi dari tas yang digunakan oleh para misionaris pada tahun itu, ada pula yang berasumsi bahwa misionarislah yang mengajarkan cara membuat tas noken pada orang Papua.Â
Dugaan tersebut sudah pasti dapat dibantahkan karena sebelum misionaris tiba di tanah Papua, masyarakat di berbagai wilayah di Papua sudah mengunakan dan membuat tas rajut tersebut.
Noken bukan hanya sekedar tas yang kebanyakan orang ketahui pada saat ini. Noken Mempunyai filosofis tersendiri di hati orang Papua. Banyak wanita- wanita di Papua yang menghabiskan waktu dan tenaga untuk membuat tas rajut noken dengan sepenuh hati, merajutnya pun ada yang mengunakan anyaman tali, kulit kayu, benang, dan juga akar tumbuhan anggrek.
Seiring berkembangnya zaman banyak orang-orang di Papua yang tak lagi mengunakan noken dan lebih memilih mengenakan tas yang dianggap lebih modern dan mengikuti zaman.Â
Proses Akulturasi di Papua dalam kurun waktu beberapa tahun kian meningkat, faktor fashion dan juga trend yang menjadi penyebab kurangnya minat orang untuk mengenakan noken.Â
Pelestarian noken sebagai warisan budaya yang dijaga harus lebih menonjol diperlihatkan oleh orang Papua, agar warisan noken kedepannya akan terus ada dan tidak hilang dari budaya orang Papua. Edukasi akan cinta budaya harus lebih ditunjukan lewat noken kepada khalayak umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H