Mohon tunggu...
Rosalia Fergie Stevanie
Rosalia Fergie Stevanie Mohon Tunggu... Penulis - penulis

Dunia Tanpa Sekat

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Berteman Karena Sehati, Bersahabat Lewat Cita-Cita. Yuk, Support Anak Mencintai Perbedaan!

20 Desember 2022   12:29 Diperbarui: 20 Desember 2022   16:15 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : komik minilemon 

Pertemanan anak-anak bernama Ucup dan Minggus di sebuah kampung terjalin sangat erat. Ucup, seorang anak cerdas yang suka bermain gadget, kerap menemani Minggus pergi memancing. Minggus berasal dari Papua dan punya impian menjadi rapper. Keduanya menjadi sahabat dekat yang kerap bermain bersama tanpa memandang perbedaan apapun. Begitu juga Memey, Togar, Slamet, dan Wayan.

Salah satu bagian dari cerita komik dalam instagram Minilemon_id tersebut sangat lucu dan mengesankan. Selayaknya karya edukatif para content creator dan animator lokal dari Surabaya ini patut diapresiasi. Mengapa begitu?

Saat mengikuti jalan ceritanya, saya melihat kembali cermin persahabatan anak Indonesia, yang kini seperti terhalang oleh banyak sekat. Saat dahulu teknologi belum berkembang maju, permainan anak masih sangat sederhana, namun penuh kebersamaan. Sebagian besar orangtua yang bijaksana telah memberikan peluang agar putra-putrinya dapat mengeksplorasi lingkungan sekitar. Terutama menyoal fakta keberagaman identitas agama, suku dan warna kulit, serta status ekonomi sosial.

Nah, seorang anak yang peka bisa jadi bertanya mengapa status agama di keluarganya tidak sama dengan seorang teman lain? Saya ambil contoh lagi pada cerita Minilemon, ada karakter Slamet beragama muslim, dan ada Togar pemeluk Nasrani. Meski dikelilingi perbedaan multikultur namun mereka dipertemukan oleh keluguan karakter khas anak desa Indonesia. 

Slamet anak pondok yang soleh itu selalu menganggap Togar sebagai sahabat baik dari Batak. Begitupun Togar dalam keluarga nasrani sangat menghargai kesolehan Slamet. Jika direalisasikan dalam kehidupan nyata maka didikan inilah yang harus ditanamkan oleh orangtua : 

"Bahwa semakin dewasa usianya nanti akan ditemui sekian jalan menuju pertemanan. Meski demikian, jika ternyata sesuatu hal terlihat bersisihan dari kita, jangan pertanyakan diri orang lain sebagai ejekan, sindiran, atau bahkan sumber pertentangan."

"Bertemanlah menurut suara nurani yang menuntun dirimu pada kebaikan, namun jika kamu ingin selektif memilih sahabat, maka saring dia hanya menurut perilaku watak terburuknya, lalu tempatkan hatimu di ruang kebijaksanaan."

source : komik minilemon
source : komik minilemon

Persahabatan Menggapai Mimpi Selangit

Dinamika lain dari hubungan sosial anak ialah menemukan sobat atau bestie yang saling support mencapai cita-cita. Pada tahap ini kita melangkah dari dukungan orangtua terlebih dulu. Sejauh mana Ibu dan Ayah melihat bakat dan minat dirinya kemudian mensupport secara fasilitas, motivasi, zona pergaulan sekolah, maupun relasi dalam grup kursus. 

Selama perjalanan hidup tentu sangat beruntung jika dia mendapati soulmate kawan sehati yang bersama-sama giat belajar, berkarakter kuat, dan memiliki prinsip juara. Perihal inilah mengapa penting bagi orangtua mengenal bagaimana pola pertemanan atau persahabatan itu terjalin. Tentu saja fungsi pengawasan tetap kewajiban orangtua sampai saatnya si anak bertemu teman supportif yang membuat semangatnya bangkit meraih cita-cita.

Pada kisah Minilemon berikut ini misalnya kita lihat ada Wayan si anak Bali sedang melukis Togar yang sebenarnya pecicilan gak bisa diam. Togar sangat setia kawan, loch. Dia bersedia dilukis Wayan meski harus duduk diam sangat lama. Wah, demi bisa Wayan berlatih melukis model, Togar sampai rela pegal-pegal karena engga bebas bergerak!

source : komik minilemon
source : komik minilemon

Sekilas Catatan Minilemon

Banyak hal positif yang bisa dipetik dari konten komik Minilemon maupun animasinya yang segera tayang. Mulai dari nilai-nilai persahabatan, keluarga, teknologi, budaya nusantara, hingga inspirasi multikulturalisme, semuanya komplit disana. Bagi yang belum tau apa itu Minilemon, baiknya kita kenali selintas dulu.

Secara konseptual, kisah 6 sahabat Minilemon ini bermaksud mendekatkan anak-anak usia 4-14 tahun pada sifat toleransi, hormat orangtua, gotong royong, serta cinta Bangsa dan Negara. Lantas mengapa gambaran tokoh Minilemon ini berbentuk unik seperti buah lemon? Nah, wajah Minilemon terinspirasi dari warisan budaya topeng di penjuru Nusantara. Sedangkan bentuk tubuh lemon berwarna kuning terlihat sangat gemas. Lemon pula salah satu buah segar paling bermanfaat bagi kesehatan kita. 

Dari Surabaya dan Jakarta, para kreator bekerja keras tanpa pamrih agar Minilemon dapat direalisasikan, seturut gagasan dari foundernya, yaitu Bapak Reno Halsamer. Tujuannya bukan keuntungan komersil namun lebih pada menghibur dan terutama menginspirasi anak Indonesia. Khususnya saat ini sangat sedikit karya edukasi lokal yang layak disaksikan. 

Jadi demikian pentingnya sebuah konten kreatif dapat diposisikan menjadi sumber hiburan, pendidikan moral, dan inspirasi keharmonisan baik di tengah keluarga, maupun bagi pembentukan jati diri anak-anak. Semoga di masa depan mereka bisa meraih impian bersama para sahabat yang sehati, sejiwa, dan seperjalanan. 

source : komik minilemon
source : komik minilemon

source : komik minilemon 
source : komik minilemon 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun