Â
"Dua orang wanita di kursi roda, mendapatkan jalur aman dari lalu-lalang kendaraan...."
"Anak-anak, bisa merasakan suasana belajar di luar sekolah. Mereka bebas berjalan-jalan, bahkan menggambar santai di depan sebuah bangunan cagar budaya..."
Dan.........
"Seorang bocah lelaki berkaos hitam, memanggul tas ransel lusuhnya, tidak jauh dari anak-anak lain. Namun jika yang lain ditemani guru, tak demikian dirinya...."
#
Pada hari selasa pagi, saya menumpang kereta kuning Prameks untuk turun di Stasiun Purwosari. Perjalanan dari Jogja menempuh waktu kurang lebih 45 menit hingga tiba di Solo.
Lantaran masih ingat pengalaman lalu saat melangkah sepanjang jalur pedestrian rindang dari Purwosari menuju Jalan Slamet Riyadi, saya tidak kepikiran naik kendaraan umum. Padahal guna mencapai tujuan utama, Museum Radya Pustaka, masih sekitar 30 menit lebih dengan berjalan kaki. Namun tak mengapa. Sebagai fotografer amatir, saya sangat menyukai nuansa jalur berpohon di sepanjang kota. Â
Warna-Warni Pagi di depan Loji Gandrung....
Sebenarnya saya berharap, bisa mengulang pengalaman sebulan lalu pada saat berkesempatan memotret ruang dalam bangunan bersejarah Loji Gandrung, bersama komunitas Jogja Heritage Society. Tapi agaknya, kali ini keinginan itu harus diredam. Entah ada acara apa, yang pasti rumah dinas walikota sedang banyak tamu.
- Bertemu Dua orang wanita di kursi roda...
Jujur saja, baru pertama ini saya mengagumi suatu akses trotoar umum, yang benar-benar bisa digunakan secara nyaman oleh penyandang disabilitas atau difabel. Dalam suatu penelitian kecil ketika kuliah dulu, saya mengetahui banyak keluhan dari mereka yang menggunakan kursi roda. Bagaimana mereka mendapati beragam kesulitan dan ancaman bahaya tersambar mobil atau motor pada tepian jalan-jalan ramai. Roda-roda kursi roda, jauh dari keamanan.
Akan tetapi di City Walk Solo, saya melihat sendiri bagaimana zona ini sungguh menjadi ruang ternyaman bagi kedua orang wanita di kursi roda mereka. Tidak perlu bercampur jalan dengan kendaraan besar atau berhimpitan parkir motor. Inilah manfaat positif bagi kondisi para difabel, yang semestinya juga diutamakan sebagai pengguna jalan.
- Anak Berkaos Gelap, Siapakah Dia?
    Masih di city walk depan Loji. Secara kebetulan saya berpapasan dengan rombongan anak-anak beserta guru pendamping mereka. Rasanya selalu menyenangkan bisa memotret anak-anak dengan segala kelucuan dan keluguan, di depan kamera. Apalagi ketika itu mereka sedang berjalan pagi dengan sangat leluasa, dan tentunya melintasi Loji Gandrung.
Dia menyapa saya dengan antusias, membuat saya mengalihkan pandangan ke suara riang di belakang punggung. Si bocah mengatakan ingin melihat foto-foto di kamera, hasil jepretan di depan Loji. Rupanya dia memperhatikan keseriusan saya memotret.Â
Namun ternyata, dia memang tidak sedang terpisah dari barisan. Sembari menyapanya ramah saya masih sempat melempar tanya spontan,"ora sekolah?". Sayangnya pertanyaan saya belum terjawab dan dia juga belum melihat seluruh foto di kamera. Sebab tiba-tiba, seorang wanita agak tua tiba-tiba memanggil dari kejauhan. Dia pun menghampiri ibu itu dan fokus mendengar perintah
Anehnya walau jarak kami masih berdekatan dia tak lagi bicara bahkan memandang saya, yang masih coba memperhatikan gerak-geriknya, sempat 'pipis' di sekitar trotoar. Beberapa menit kemudian ibu dan anak masuk ke halaman di sebelah Loji Gandrung, entah untuk apa.
Sungguh Miris. Dunia kecil bocah lelaki ini seakan jadi kontras dengan anak-anak seumurannya pada perlintasan jalan yang sama dan dekat. Ibarat cermin dua sisi dunia anak berlainan langkah, dalam kesamaan ruang dan waktu.
'Foto-foto khusus, sengaja tidak menampilkan wajah anak'
- Sementara itu, Anak-Anak Asik Menggambar...
     Ketika anak lelaki itu beranjak pergi menjauh, saya masih menyimpan tanya dalam hati dan merasa agak teriris lantaran belum sempat menunjukkan foto-foto permintaannya.
   Tak lama kemudian, pandangan saya mulai berganti fokus pada keceriaan anak-anak sekolah, masih di depan Loji dan tidak jauh dari pandangan mata saya. Rupanya anak-anak sedang asik menggambar ditemani para guru. Kelihatan ceria dan gembira bisa memanfaatkan akses city walk untuk kegiatan santai belajar sambil main, di luar sekolah.
Dan, wajah-wajah polos itu pun rebutan action di depan kamera. Alhasil saya lagi-lagi menjadi fotografer anak-anak. Tetapi mungkin siapapun fotografernya, pasti bakal senang hati memotret para bocah ini. Apalagi suasana jalan yang terbuka bagi anak, jelas sangat mendukung hasil menarik dari framing kamera.Â
Hihi. Saya sempat dikira wartawan koran. Enggak juga sih, bahkan keinginan menulis di kompasiana ini juga mendadak dan iseng saja. Rasanya sayang kalau tidak berbagi cerita inspiratif, mengisahkan potret kontras dunia anak, dan tentu berbagi canda serta kegembiraan para bocah.Â
>>> Nge'gambar di City Walk, Asik dan Seru!
Pedestrian Ramah Anak...
seperti itulah kesan saya tentang City Walk sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Bagi saya sangat langka melihat suasana ini untuk sebuah kota besar. Kalau boleh jujur, termasuk minimal di dalam kota saya sendiri.
Namun demikian di pusat kota Solo sudah membentang jalur trotoar bersih, luas, rapi, dan juga rindang. Nyaman diakses siapapun juga, dan dalam suasana apapun. Tetapi jelas pengakses jalan yang harus mendapat kenyamanan lebih adalah para Lansia, Difabel, Anak-Anak, dan Pengayuh Sepeda.Â
Sekian catatan perjalanan saya 'Lost In Solo". Kesan dan pesan tersemat untuk bocah lelaki tadi, mungkin saya memang tak tau bagaimana kehidupan dirinya sehari-hari. Akan tetapi semoga dia pun telah atau akan memiliki kesempatan belajar dan bermain seperti anak-anak seusianya.
Pokoknya tetap semangat Ya, Anak-Anak Kreatif. Kalian sangat keren dan istimewa.
 'Sampai Jumpa Lagi, di Solo City Walk...'
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI