Mohon tunggu...
Rosalia Fergie Stevanie
Rosalia Fergie Stevanie Mohon Tunggu... Penulis - penulis

Dunia Tanpa Sekat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berjuang Hadapi Kanker, "Eyang" Tetap Tersenyum...

16 September 2015   18:46 Diperbarui: 16 September 2015   18:51 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sangat sedikit orang setegar dirinya. Seorang wanita lanjut usia yang sedang berjuang menghadapi ganasnya kanker kerongkongan. Di rumahnya yang sederhana, Ia menghabiskan sepanjang usia tanpa ditemani suami maupun anak-anak. Tentu saja, karena Ia tidak menikah hingga usianya sangat senja. Dan akhirnya penyakit ganas itu tiba, dalam kesendiriannya.

Pada pagi hari saya menemuinya yang selalu duduk sendiri di depan rumah. Luar biasa, tidak ada gurat kesedihan atau ketakutan di wajahnya yang berkerut. Meskipun tubuh renta itu sudah terlalu kurus kering namun semangat hidup dan kepasrahan diri kepada kehendak Tuhan sungguh mengharukan. Bukan berarti Ia tak pernah takut disaat serangan kanker datang tiba-tiba. Ia takut, sangat takut. Tetapi sekali lagi hanya kepasrahan yang dimiliki untuk menguatkan tubuh disaat hampir terjatuh. Dan seakan siap pada ujung dari kepasrahan itu, tanah pemakaman telah dipersiapkan olehnya sendiri. 

Lalu mengapa Ia tak meminta seseorang untuk menemani di rumah? Yah, kesendirian selama bertahun-tahun membuatnya mandiri, tak ingin merepotkan ataupun direpotkan oleh siapapun. Ia berusaha untuk bertahan sendiri apapun yang terjadi, meskipun sesekali sanak-keluarga terdekat datang memantau keadaannya. Bayangkan saja. Betapa mencekam sebuah vonis kematian, bagaimana rasanya merasakan kesakitan-kesakitan tak tertahankan. Ditemani keluarga pun situasi ambang usia tetaplah sangat mengerikan. Apalagi, menghadapi segala sesuatu tanpa siapapun. 

Untuk kekuatan hidup seperti dirinya, saya kehabisan kata-kata untuk mengagumi. Tetapi masih banyak lagi lansia yang saya jumpai, sendirian menghadapi senjanya dalam deraan sakit-penyakit. Bukan berarti pula mereka sama sekali tak membutuhkan siapa-siapa meskipun tak biasa untuk tiba-tiba tinggal menetap bersama orang lain. Adakala para lansia selalu terharu dan berkaca-kaca apabila seseorang datang dan mengajak mereka bicara, menggenggam tangan bahkan memeluknya, apalagi memberi kekuatan lewat doa, dalam apapun agama atau kepercayaan yang dianut secara pribadi.

Hanya saja sangat disayangkan, terkadang orang terdekat mereka seperti tetangga seakan tak perduli. Sekalipun hanya untuk menengok dan memberikan beberapa menit waktu berbagi semangat hidup. 

Maka apa yang ingin saya sampaikan disini adalah bahwa ada sekian banyak lansia yang menderita dalam kesendirian, dan sangat membutuhkan sedikit saja perhatian. Jika mereka ada diantara Anda, luangkan waktu hidup Anda yang sangat berarti. Saya sendiri merasakan kebahagiaan luar biasa ketika bisa membuat diri saya berarti untuk menggenggam tangan-tangan yang lemah itu. Bagaimanapun. cinta yang tanpa syarat adalah membagi senyuman bagi dunia kecil di luar dunia hidup kita yang penuh warna.

Meskipun wanita lanjut usia itu bukan eyang saya, namun kesempatan untuk menyayangi dirinya adalah kebahagiaan yang dianugrahkan Tuhan dalam hidup saya. 

 

[caption caption="Ilustrasi "Old Couple""][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun