Di balik sudut jalan yang sepi
Tersembunyi dua benda usang, tak berdaya
Buku tua dengan kata-kata berdebu
Dan cangkul tua yang terluka oleh waktu
Â
Buku dan cangkul tua, siapa peduli?
Di era digital yang gemerlap dan heboh
Mereka hanya barang antik, terabaikan
Dalam keheningan yang mencemooh
Â
Buku tua dengan halaman yang rapuh
Mengisahkan kisah-kisah masa lalu yang terlupakan
Cangkul tua dengan gagang yang patah
Menyimpan rahasia tanah yang pernah digarapnya
Â
Namun, siapa yang masih peduli?
Di tengah gemerlap media sosial yang menghipnotis
Buku dan cangkul tua terpinggirkan
Dalam arus informasi sesaat yang mengalir deras
Â
Buku dan cangkul tua, simbol ketidakberdayaan
Dalam zaman yang terlalu sibuk untuk merenung
Mereka menjadi saksi bisu, ditinggalkan
Dalam keheningan yang menghina
Â
Ironi terasa dalam perlakuan kita
Pada barang-barang tua yang berjasa
Sarkasme menyelinap dalam ketidaksadaran
Akan nilai-nilai yang perlahan terlupakan
Â
Buku dan cangkul tua, mengingatkan kita
Bahwa masa lalu juga memiliki makna
Dalam gemerlap dunia yang sibuk mencari
Mungkin, kita perlu merenung kembali
Â
Di tengah kesibukan yang mengaburkan
Buku dan cangkul tua menanti
Untuk diangkat kembali, disanjung, dihargai
Sebagai penjaga sejarah dan penuntun arah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H