Mohon tunggu...
Stephanie Tandean
Stephanie Tandean Mohon Tunggu... -

Penulis Bebas || twitter @stepitandean || Saya masih belajar, iya, kita semua masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yang Bakar Hutan di Riau Itu Anak Tak Lulus SD

14 Maret 2014   08:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:57 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Riau, sebuah kota penuh riuh oleh asap. Setiap hari selalu ada asap, bukan dari gubuk tua yang menggunakan tungku kayu. Bukaannn.. Tapi dari kawasan hutan. Tempat diproduksinya udara segar, kayu, serta tempat bergelantungnya para satwa.

Hutan di Riau sekarang sudah gundul akibat dilalap si Jago Merah yang berkepanjangan. Apa ada konsleting listrik? Atau ada nyala api dari korek yang tak sengaja membakar pepohonan disana? Bukaannn juga. Lah lantas darimana? Ternyata dari sekumpulan manusia-manusia rakus. Berdasarkan laporan dari Mabes Polri tanggal 28 Juni 2013, ternyata ada perusahaan yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. LSM Walhi juga meyakini laporan ini (baca: http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/06/130628_polisi_akan_periksa_pengusaha_hutan.shtml).

Loh kenapa perusahaan juga ikutan ya? Dimana ‘otak’ para pemimpin perusahaan itu? Oh mungkin saja mereka tak lulus SD. Coba ingat kawan, waktu SD guru kita selalu mengatakan “cara menjaga kelestarian hutan adalah dengan Reboisasi”. Reboisasi loh ya! Bukan membakar hutan. Ironis memang, hutan di Riau bukannya di jaga, malah dibakar. Bukan dikasih air, malah disulut API. Jadi, bisa jadi mereka yang membakar hutan itu tak lulus SD. Karena mereka tidak mengerti fungsi hutan bagi kehidupan. Ah, anak kelas 1 SD saja tau, masak mereka yang sudah ‘bertitle’ tak mengerti peran hutan bagi kehidupan? Perlu masuk SD lagi?

Hutan menjadi salah satu sumber daya yang melimpah. Tuhan kasih hutan yang luas dan hijau ke masyarakat Indonesia, untuk dijaga ‘hijaunya’. Untuk anak cucu kita kedepannya. Mereka butuh udara segar, bukan asap yang pekat. Betapa tidak bersyukurnya kita.

Hutan di bakar, alasannya pasti kembali ke faktor finansial, kepentingan pribadi dan kekuasaan. Entah untuk lahan liar para warga (yang tak bertanggung jawab) atau perluasan lahan oleh perusahaan. Aih, betapa rakus dan egoisnya mereka?

Bicara tentang perusahaan yang berpartisiasi dalam event bencana ini, sudah jelas bahwa perusahaan harus memiliki CSR (Corporate Social Responsibility) yakni perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalahkonsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tapi kenapa ya kok dilanggar? Kembali lagi, mungkin para pemimpin perusahaan itu dulunya tak lulus SD. Tidak paham apa fungsi hutan bagi kehidupan.

Bicara dampak, wah tentunya besar kawan. Banyak ibu-ibu mengeluh tak bisa ke pasar, bapak-bapak tak bisa bekerja mencari nafkah, anak sekolah tak bisa belajar dan bermain, para pejabat pemerintahan yang tak bisa menjalankan roda pemerintahan, para kakek nenek yang makin terbatuk-batuk. Tak hanya itu saja, dari segala aspek ekonomi, pendidikan, sosial lumpuh total, jadwal penerbangan delay melulu. Semua karena apa? Karena ASAP. Hebatnya, asap ini dapat ‘menyapa’ negeri seberang, Singapura. Iya, asap akibat kebakaran hutan di Riau telah berlari jauh menyapa Singapura. WHO bisa saja memberi peringatan kepada Pemerintah Indonesia jika kondisi ini tak kunjung berakhir. Hm, Pemerintah kok mau ya ditegur WHO karena ulah manusia yang tak lulus SD ini?

Oleh para Dokter Ahli Paru, masyarakat Riau yang berjumlah jutaan orang ini disarankan untuk mengungsi karena udara di Riau sudah sangat rusak. Pertanyaannya, mau mengungsi kemana? Jika jarak pandang saja tak menyentuh 100 meter. Segala macam transportasi darat, air, udara lumpuh total. Mereka tak bisa kemana-kemana.

Belum lagi asap yang masuk ke paru-paru memudahkan berbagai penyakit pernafasan hinggap. Tercatat penderita ISPA mencapai sekitar 27.587 dan bisa semakin bertambah seiring memburuknya suasana. Pemerintah memang sudah membagikan masker, tapi sampai kapan mereka akan seperti demikian?

Kebakaran hutan di Riau ini harus ditanggapi oleh semua pihak. Tak hanya Pemerintah saja. Kita sebagai ‘warga negara’ yang baik, haruslah ikut turun tangan. Pemerintah dengan segenap kemampuannya senantiasa berusaha mengatasi masalah ini. Tak jarang Pemerintah melakukan ‘rekayasa cuaca’ untuk mengatasi kabut asap yang pekat ini. Miliaran rupiah pemerintah kucurkan untuk program ini.

Tapi yang lebih utama, Pemerintah harus bersikap TEGAS terhadap pelaku pembakaran hutan ini. Baik pelaku individu maupun perusahaan. Tak boleh ada “tebang pilih’ dalam kasus ini. ”Mendiamkan kesalahan adalah Kejahatan” begitulah kutipan yang saya ambil dari Soe Hok Gie. Tangan dan Kantong pejabat Pemerintah harus bersih.

Presiden SBY telah mengultimatum para Menteri dan Pejabat Pemerintah terkait yang bertanggungjawab atas bencana ini. Jika dalam dua hari, dimulai hari ini (13 Maret 2014) mereka tak sanggup mengatasi masalah ini, Presiden akan mengambil alih. Demikian kicauan Beliau di akun twitternya.

13947363811910587408
13947363811910587408


Jika Pemerintah telah bertindak, kita sebagai masyarakat tentu harus bertindak. Coba kita tengok anak-anak yang tak bisa pergi ke sekolah untuk karena asap. Anak-anak sebagai ujung tombak kemajuan bangsa ini kelaknya.

Semuanya bermula dari sebuah langkah kecil, dengan tujuan menjaga kelestarian alam Indonesia yang kaya raya ini. Mari menghargai setiap tetes air yang Tuhan beri kepada kita. Mari menyiram bunga yang layu karena tak adanya oksigen. Mari kita jaga setiap jengkal tanah di rumah kita ini. Semuanya kita lakukan untuk anak cucu kita, iya untuk mereka. Mereka yang Anda panggil “anakku”, mereka yang Anda panggil “cucuku”… #MelawanAsap #PrayForRiau

@stepitandean

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun